Disiplin Gereja (Bagian 2)
Allah Mendisiplin Umat-Nya
(Oleh : Petra Nainggolan)
Mengapa harus ada disiplin? Pada prinsipnya Allah tidak menyenangi dosa. Tetapi dosa memisahkan manusia dengan Allah (Yes. 59:1-2) dan perpisahan itu harus ada karena Allah tidak dapat bersekutu dengan dosa. Itu adalah sifat Allah yang suci dan kudus. Maka kesannya Allah selalu memberikan hukuman terhadap manusia yang berdosa, maka perpisahan dengan Allah menjadi disiplin bagi manusia yang berdosa itu, karena terpisah dengan Allah itu sebenarnya merupakan suatu hukuman, dan hukuman apapun yang diberikan selalu bergantung pada kebijaksanaan Allah, bukan kehendak manusia. Dan harus ingat prinsip bahwa Allah mendisiplin kita untuk kebaikan kita (Ibrani 12:10).
Bagaimana Ibr. 12:6 berbicara mengenai disiplin? "Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Allah menghajar orang yang dikasihi-Nya. Terkadang kita sebagai manusia tidak dapat mengerti jauh maksud Tuhan. Tetapi seperti itulah kehendak Tuhan. Efesus 5:17 mengatakan "Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendah Tuhan". Tuhan pasti mempunyai maksud mengapa Ia mendisiplin anak-anakNya. Allah memperlakukan kita sebagai anak-Nya dan tidak ada anak yang tidak dihajar oleh ayahnya (Ibr. 12:7). Tetapi justru jika kita sebagai anak lepas dari ganjaran/disiplin maka kita bukan disebut anak Allah tetapi anak gampangan (Ibr. 12:8). Jikalau kepada ayah kita secara jasmani yang mendisiplin kita, kita memberikan hormat, apalagi kepada Bapa kita secara rohani? Yaitu Allah, kita justru harus lebih taat supaya kita bisa hidup (Ibr. 12:9).
Sesuai dengan Ibrani 5:7-9 , Apakah Yesus sebagai anak secara jasmani dan anak secara rohani hidup berdisiplin? Allah mengizinkan cobaan itu datang kepada kita untuk mendisiplin kita. "Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan". Secara jasmani Tuhan Yesus telah hidup dengan saleh dan taat, tetapi apakah dengan demikian Ia bebas daripada penderitaan? Yesus sanggup melewati penderitaan itu karena Bapa mendengarkan doa-Nya. "Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya". Yesus sebagai Anak Allah mempunyai kuasa dan otoritas untuk mengalahkan penderitaan-Nya, namun Ia taat dengan tidak menggunakan kuasa-Nya, justru mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba (Filipi 2:7) dan hanya menggunakan kemampuan-Nya sebagai manusia biasa sama seperti manusia yang lainnya untuk mengalahkan penderitaan itu. Dengan demikian Ia telah mendisiplinkan diri-Nya sendiri dan menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya (Ibr. 5:9). Sebab jika Yesus tidak disiplin dan tergoda untuk menyalahgunakan kuasa, ia berdosa, dan bagaimana dapat menebus manusia yang berdosa? Tetapi kuasa yang Yesus lakukan untuk menunjukkan pekerjaan-pekerjaan Bapa, dan meneguhkan perkataan yang Ia beritakan bahwa Ia adalah Mesias (Yoh. 20:30-31). Ketika Yesus berpuasa 40 hari 40 malam, ia digodai iblis, namun ia taat dan mengalahkan kuasa iblis. Maka Yesus adalah contoh yang sempurna bagi umat manusia.
Allah mendisiplin umat-Nya dengan berbagai cara yang dikehendaki-Nya. Allah juga menginginkan disiplin diterapkan dalam berbagai hal di dalam kehidupan manusia. Apa sajakah itu?
- Allah menghendaki disiplin di dalam Keluarga (Amsal 22:15; 13:24)
Gereja juga harus bisa mengajarkan mengenai disiplin dalam keluarga. Amsal 13:24 mengatakan : "Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya." Menurut Amsal 13:24, siapakah yang benci terhadap anaknya? Yaitu orang tua yang tidak menggunakan rotan kepada anak-anaknya. Apakah ini berarti bahwa harus memukul anak dengan rotan? Kita tidak dapat memaksa ayat ini secara leterlet, jika kita mengingat kembali apa kata penulis kitab Ibrani bahwa anak yang tidak diberi ganjaran adalah anak gampangan. Intinya adalah disiplin. Tongkat rotan adalah gambaran dari disiplin. Anak yang melanggar didikan harus mendapat disiplin dari sejak dini. Sebab jika tidak disiplin tidak akan mampu membentuk anak ke jalan yang benar. Amsal 22:6 mengatakan "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." Kebanyakan orang tua salah menilai kasihnya kepada anaknya, mereka menganggap bahwa dengan menuruti segala kemauan anak mereka menunjukkan kasihnya kepada anaknya. Itu salah! Orang tua tidak boleh bersikap permisif kepada anaknya, yaitu dengan memperbolehkan segala sesuatu kepada anaknya dan sama sekali tidak mendidik anaknya berdisiplin. Sikap yang seperti itu tidaklah mendidik anak justru merusak anak, sebab Allah sendiri pun menentangnya dengan menegaskan bahwa, anak yang tidak mendapat disiplin adalah anak gampangan (Ibrani 12:8).
Kemudian, siapakah yang mengasihi anaknya? Yaitu orang tua yang menghajar anaknya pada waktunya. Ini haruslah dimengerti dengan benar, sebab banyak orang tua juga yang salah dalam memberikan disiplin. Orang tua tidak dapat menjadikan hal ini sebagai alasan untuk menghajar anaknya, itu sikap yang salah! Dasar mendisiplin anak adalah KASIH. Kita menghajar bukan dengan emosi apalagi kekerasan, tetapi dengan kasih. Dengan kasih kita harus menyelamatkan anak dari bahaya maut, masa depan yang hancur, dan dari karakter yang jahat. Menghajar pada waktunya adalah memberikan didikan yang sesuai dengan seharusnya. Lemah lembut pada waktunya dan keras pada waktunya. Jangan membiarkan lewat bila telah tiba waktu yang tepat untuk mendisiplin.
Imam Eli tidak memberikan disiplin yang tepat pada waktunya, sehingga anak-anaknya tidak mengindahkan Tuhan dan peraturan (2 Sam. 2:22-25). Percayalah akan kehendak Allah. Apa kata Amsal 22:15 "Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu daripadanya".
Mengapa adanya disiplin dalam keluarga itu penting? Keluarga adalah lembaga yang dibuat oleh Tuhan. Keluarga pertama kali dibentuk oleh Tuhan di taman Eden ketika Tuhan mempersatukan Adam dan Hawa. Tuhan tentu menginginkan keluarga yang berkualitas. Keluarga yang berkualitas tentu mempunyai standar/pola, yang sesuai dengan kehendak Allah. Disiplin keluarga akan membentuk kualitas keluarga. Disiplin membatasi ayah, ibu, dan anak dari kekacauan tetapi menciptakan sebuah keteraturan dalam sebuah keluarga. Sebab jika tanpa disiplin alias bebas dari aturan, kita adalah orang yang tidak mempunyai aturan/liar (Dalam kitab Ibrani Allah menyebutnya sebagai anak gampangan, Ibrani 12:8). Seorang suami tidak boleh tidak memberi nafkah bagi keluarganya (Kej. 3:17-19; 1 Tim. 5:8). Seorang istri tidak boleh tidak tunduk kepada suaminya di dalam Tuhan (Kol. 3:18), dan seorang anak tidak boleh tidak menaati orang-tuanya di dalam Tuhan (Ef. 6:1). Ini disiplin dasar yang diberikan Tuhan untuk sebuah keluarga, dan masih banyak lagi yang lainnya. Keluarga adalah miniatur gereja, oleh sebab itu keluarga harus berkualitas di dalam Tuhan.
- Allah menghendaki disiplin di dalam Gereja (Kis. 5:1-14)
Berdasarkan cerita yang tertulis dalam kitab Kis. 5:1-14 , Siapakah yang didisiplin Allah dalam PB? Ananias dan Safira. Mengapa mereka didisiplin? Mereka berdosa kepada Allah. Dosa apa yang mereka lakukan? Mereka mendustai Roh Kudus. Apa dusta mereka? Mereka berdua berjanji untuk menyerahkan hasil penjualan tanah mereka kepada rasul-rasul, tetapi mereka menahan sebagian hasil dari penjualan tanah itu, tetapi Allah mengetahui kebohongan mereka. Apa hukuman yang mereka terima sebagai bentuk disiplin yang Allah berikan? Mereka mati.
Apakah Allah begitu kejamnya dalam mendisiplin? Kita tidak tahu, tetapi Allah yang Maha Tahu menyelidiki hati orang. Kita tidak dapat menilai dengan adil. Tetapi Allah itu adil. Sesuatu dapat kita pelajari dari kehendak Allah. Apa yang terjadi kepada seluruh jemaat dan orang-orang yang mendengar kabar disiplin Allah itu? (Kis. 5:11) mereka takut kepada Tuhan. Apa arti dari takut mereka? Mereka takut untuk melawan Allah, mereka takut untuk berbuat dosa dihadapan Allah. Apakah dengan demikian jemaat semakin dikuatkan? Ya! Apakah orang-orang yang berada diluar jemaat pun menjadi takut (hormat) kepada Allah? Ya! Apa yang terjadi di dalam jemaat setelah peristiwa itu? "Dan makin lama makin bertambah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan." Jadi, itulah maksud atau kehendak Allah, kita harus yakin bahwa yang terbaik adalah pemikiran Allah bukan apa yang kita pikirkan.
Jemaat itu harus berdisiplin/tertib. Supaya tidak terjadi kekacauan di dalam gereja, bahkan menjauhi kesesatan/hal-hal yang dapat melencengkan kebenaran. Contohnya jemaat di Korintus yang hidupnya tidak tertib, terjadi perpihak-pihakkan dalam gereja (1 Korintus 1), kekacauan dalam ibadah karena penggunaan bahasa Roh yang salah (1 Korintus 14), kekacauan dalam perjamuan Tuhan (1 Korintus 11), perkawinan dan perceraian (1 Korintus 7) dan masih banyak lagi kekacauannya. Oleh karena itu rasul Paulus menertibkan mereka. Sekarang juga banyak gereja-gereja yang kacau dan melenceng dari kebenaran sebab disiplin/peraturan mereka tidak sesuai dengan ajaran firman Tuhan, sebab banyak sekali gereja yang terpecah-pecah karena pertengkaran dan perselisihan, itu adalah pertanda kekacauan dalam gereja. Penyebabnya adalah karena tidak mengikuti standart yang benar, yaitu firman Tuhan. Bagaimana gereja dapat memberitakan tentang pelbagai kebajikan, kebaikan dan kedamaian jika di dalam gereja itu sendiri tercipta kekacauan karena tidak berada di atas standart yang benar?
- Allah menghendaki disiplin di dalam pemerintahan (Rm. 13:1-7; Titus 3:1; 1 Pet. 2:13-14).
Selama ini mungkin kita tidak terpikirkan bahwa Allah menyuruh kita untuk taat kepada pemerintah. Allah pasti mempunyai maksud atau kehendak untuk hal itu, kita harus mengerti apa kehendak-Nya. Tapi ingat bahwa sekalipun kita tunduk kepada pemerintah, tidak selamanya pemerintah memberikan perintah yang benar. Ingat kata rasul-rasul, /"Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: "kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia" / (Kis. 5:29).
Apa yang dikehendaki Allah untuk kita lakukan terhadap pemerintah dalam Rm. 13:1? Tiap-tiap orang harus tunduk kepada pemerintah yang diatasnya. Mengapa kita harus tunduk kepada pemerintah yang ada diatas kita? Sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah dan pemerintah-pemerintah yang ada ditetapkan oleh Allah. Bagaimana dengan pemerintah yang jahat? Apakah itu dari pemerintah? Jawabannya: apakah sesuatu yang jahat datangnya dari Allah? Pemerintah yang bagaimanakah yang merupakan alat Allah untuk kebaikan? Dapatkan pemerintah yang jahat menjadi alat Allah? Atau pemerintah yang jahat itu kehendak iblis untuk mengalahkan pemerintah yang baik. Roma 13 tidak membicarakan mengenai pemerintah yang jahat, namun pemerintah yang baik yang digunakan untuk kebaikan manusia. Jadi yang dibicarakan disini adalah pemerintahan yang baik yang akan menghakimi manusia yang berbuat jahat (ayat 2-4). Mengenai pemerintah yang baik, siapakah yang dilawan manusia jika manusia melawan pemerintah yang baik? Allah. Apa yang akan terjadi kepada orang yang melawan pemerintah? Akan menerima hukuman. Mengapa kita tidak usah takut kepada pemerintah? Sebab kita berbuat baik. Orang yang bagaimanakah yang akan takut kepada pemerintah? Orang yang jahat. Jadi, apakah maksud Allah memberikan kita suatu lembaga pemerintah? Untuk membalaskan murka Allah bagi mereka yang berbuat jahat. Apakah kehendak Allah ini mendatangkan kebaikan? Ya! Untuk siapakah kebaikan itu? Untuk kita.
Apa yang dikatakan rasul Petrus mengenai kepatuhan terhadap pemerintah yang berkuasa atas kita? (1 Ptr. 2:13-17). Kita harus menunjukkan kebaikan dengan demikian membungkam kepicikan orang-orang yang bodoh. Apa jadinya jika orang-orang Kristen banyak yang berbuat jahat dan dimasukkan dalam penjara? Bukankah nama Kristus yang tercemar? Tetapi bukankah orang akan menghormati Kristus bila bila melihat tiada satupun pengikutnya yang berbuat jahat?
Jadi, saudara-saudara, Allah menetapkan suatu disiplin, yang pada dasarnya ialah untuk mengatur, membentuk dan memelihara manusia, menjadi manusia yang baik dimata Allah. Allah mendisiplin kita melalui berbagai cara, dan berbagai lembaga misalnya keluarga, gereja dan pemerintah. Manusia tidak menciptakan disiplin itu, tetapi disiplin dalam keluarga, gereja dan pemerintah, semuanya telah diatur oleh Allah, baik yang bersifat instruktif maupun yang bersifat korektif. Tujuannya ialah sama yaitu untuk kebaikan manusia. Hiduplah dalam disiplin yang Alkitabiah dalam gereja. Disiplin yang Alkitabiah adalah yang menuruti kehendak Allah di dalam firman-Nya.
Note : Tulisan ini saya kembangkan dari pertanyaan-pertanyaan diskusi dalam Sabda Hidup Jurnal Rohani, edisi April-Juni 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar