Jumat, 18 November 2011

Apakah Doa Itu?


Apakah Doa Itu?
(Oleh : Petra Nainggolan)

 
Menurut saudara, apakah doa itu? Apakah doa itu kata-kata yang dihafal, mengucapkan mantra, atau bagaimana? Orang Kristen sudah pasti harus tau apa itu doa. Bila ada orang Kristen yang belum mengenal apa itu doa, mari kita belajar mengenai apa itu doa. Kita tidak perlu merasa malu bertanya atau sungkan untuk belajar, sebab murid-murid Tuhan Yesus pun meminta untuk diajarkan mengenai doa. Mari kita melihat penjelasan mengenai doa dalam Alkitab.
Dalam kitab Lukas 11:1, setelah murid-murid Tuhan Yesus melihat bahwa Tuhan Yesus selesai berdoa, apa yang mereka minta kepada Tuhan Yesus? Murid-murid Yesus meminta untuk diajarkan doa. Apa yang membuat murid-murid meminta diajarkan berdoa? Mereka melihat bahwa murid-murid Yohanes Pembaptis diajarkan berdoa, mereka juga ingin bisa berdoa. Jadi kuncinya adalah, mereka ingin juga bisa berdoa seperti murid-murid Yohanes pembaptis. Bagi kita sekarang ini yang memiliki permasalahan tentang doa, apakah kita juga ingin bisa berdoa atau tidak? Sebaiknya Ya!
Dalam kitab Matius 6:5-8, Sebelum mengajarkan tentang doa, Yesus terlebih dahulu menekankan bagaimana kebanyakan orang mempunyai sikap yang salah dalam berdoa. Mengapa bisa salah berdoa? Sebab banyak orang yang berdoa tetapi tidak tahu apa sebenarnya arti doa itu, sehingga karena tidak tahu apa arti doa mereka salah sikap dalam berdoa. Sebelum murid-murid diajarkan berdoa, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat sudah terlebih dahulu tahu berdoa, tetapi Yesus menyatakan sikap mereka yang salah di depan murid-murid-Nya dalam hal berdoa, mengapa orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat salah sikap dalam berdoa? Sebab mereka tidak tahu apasebenarnya doa itu.
Sebagaimana kita mengartikan sesuatu hal, maka seperti itulah kita juga akan melakukan sesuatu hal sesuai dengan pengertian kita. Bila menurut kita doa itu adalah kata-kata hafalan, maka hal yang kita lakukan adalah menghafal ketika kita berdoa. Bila kita menganggap doa itu adalah kata-kata sakral atau mantra, maka sikap kita berdoa akan seperti mbah dukun yang komat-kamit mulutnya. Apakah seperti itu doa yang diajarkan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya? Lalu bagaimana Alkitab mengajarkan kita berdoa?
Secara langsung Alkitab tidak memberikan defenisi doa, yang diajarkan adalah pola sebuah doa. Tuhan Yesus memberikan pola doa dalam kitab Matius 6:9-13, yang dikenal sebagai doa Bapa Kami, karena Tuhan Yesus mengajarkan kita bagaimana untuk berdoa kepada Bapa. Kemudian dalam kitab Yohanes 17, yang sering disebut juga sebagai Doa Tuhan Yesus, karena Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa. Dari pola doa tersebut kita dapat memahami apa itu doa. Sebab dari pola doa (Mat. 6:13-19) itu ada terdapat elemen-elemen doa, seperti : kita berdoa kepada Bapa (Bapa kami yang di Sorga), menempatkan hak Bapa sebagai Allah (dikuduskanlah nama-Mu), mengharapkan Kuasa Ilahi (datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga), meminta kebutuhan jasmani (berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya), meminta pengampunan dosa (dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami), meminta pimpinan Tuhan dalam hidup (janganlah membawa kami ke dalam pencobaan tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat), menyatakan otoritas (karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya), beriman bahwa apa yang kita doakan akan terjadi (amin).
Kita perlu perhatikan satu-satu isi doa yang diajarkan Tuhan Yesus. Pertama, kita berdoa kepada Bapa (Bapa kami yang di Sorga). Jika Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa, kepada siapa kita juga harus berdoa? Berdoa Kepada Bapa.
"Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku." (Yoh. 16:24b). Bagaimana jika kita berdoa kepada Tuhan Yesus atau Roh Kudus? Saya tidak tahu mengapa Tuhan Yesus sendiri yang menyuruh kita dan mengajari kita berdoa kepada Bapa, di dalam nama-Nya. Di Dalam Nama-Nya. Kita meminta kepada Bapa di dalam nama Yesus (Yoh. 16:23-24; Kol. 3:17). Kata dalam nama Tuhan Yesus mempunyai arti di dalam otoritas Tuhan Yesus, sebab Ia telah menerima segala otoritas dari Bapa baik di durga maupun di bumi. Dan juga berarti melalui perantara Tuhan Yesus, sebab Tuhan Yesus yang menghubungkan kita kepada Bapa. Tuhan Yesus sebagai pengantara kita kepada Bapa, ketika Tuhan Yesus mengatakan "Akulah jalan" kepada Bapa (Yoh. 14:6). Oleh karena itu kita meminta kepada Bapa melalui Tuhan Yesus sebagai pengantara kita kepada Bapa. Bagaimana dengan Roh Kudus? Tuhan Yesus mengatakan bahwa Roh Kudus adalah Roh Kebenaran yang akan mengajar kita. Roh Kudus berkarya bagi kita sekarang ini, Alkitab adalah karya Roh Kudus. Tuhan Yesus tidak diajarkan untuk berdoa kepada Roh Kudus atau melalui Roh Kudus, tidak ada jugaketerangan dari para rasul. Rasul Paulus mengatakan bahwa Roh Kudus adalah Roh yang menguatkan kita, membantu kita dalam berdoa kepada Bapa dengan benar (Rm. 8:26).
Kedua, kita menempatkan hak Bapa sebagai Allah (dikuduskanlah nama-Mu). Manusia terkadang hanya memikirkan dirinya sendiri. Ketika kita berdoa, bukankah itu karena kita menggunakan hak kita sebagai anak. Tetapi kita sering lupa untuk menempatkan hak Bapa juga sebagai Allah, yang Mulia, Kudus dan Suci. Kita harus membuat nama Bapa itu Kudus, memuliakan-Nya, bukan hanya mementingkan diri sendiri dengan mengatakan segala yang kita minta. Muliakan terlebih dahulu Bapa dan Kuduskan nama-Nya dalam hati kita, baru setelah itu kita meminta.
Ketiga, kita mengharapkan Kuasa Ilahi (datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga). Apa yang suka diminta oleh kebanyakan orang? Kebanyakan adalah hal-hal jasmani. Mengapa tidak terlebih dahulu mengharapkan sesuatu yang rohani yang lebih kita butuhkan? Pada waktu itu Kerajaan belum datang, itu adalah kebutuhan rohani yang utama pada waktu itu, supaya Kerajaan itu lekas datang. Janganlah mementingkan hal-hal yang jasmani tanpa terlebih dahulu mementingkan hal yang rohani. Sekarang kita dapat meminta suasana Kerajaan Allah itu tercipta di bumi seperti di sorga, Kerajaan yang membawa damai bagi seluruh umat manusia. Selain itu kita juga menyerahkan sepenuhnya kehendak itu kepada Bapa, bukan apa yang terjadi atas keinginan kita melainkan kehendak Bapa yang terjadi. Jadi, dengan demikian kita menempatkan kehendak Bapa di atas keinginan kita dan menempatkan yang rohani di atas yang jasmani.
Keempat, kita meminta kebutuhan jasmani (berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya). Meskipun Allah memberikan matahari dan hujan untuk semua orang sehingga siapa yang bekerja pasti akan mendapatkan hasil, tetapi tetap penting bagi kita untuk meminta berkat dari Allah. Sebab semua berkat itu datangnya dari Allah. Maka hindarilah kesombongan atas kemampuan kita dalam mencari berkat atas usaha sendiri. Allah pun tahu bahwa sebagai manusia kita butuh mankanan, jika kita meminta Allah akan memberikan, asalkan kita bekerja. Tetapi kekuatiran perlu dibuang jauh, untuk itulah kita berdoa, dengan demikian kita tidak kuatir akan makanan yang hendak kita makan. Kata secukupnya itu penting. Minta sesuai dengan kebutuhan kita. Jangan tamak seolah-olah kita mampu menampung banyaknya berkat, sehingga kita tamak dalam meminta. Bila kita diberikan berkat yang lebih, dapatkah kita berbagi? Kebanyakan manusia menyimpan berkat yang lebih. Janganlah kuatir, mintalah secukupnya, terkadang Allah memberi lebih karena Ia ingin kita berbagi karena banyak orang yang berkekurangan di dekat kita, tetapi siapa yang tamak akan dihukum.
Kelima, kita meminta pengampunan dosa (dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami). Sulit bagi kita untuk hidup sempurna tiap hari, kita memang bisa tahu apakah hari ini kita bebas dari kesalahan, tetapi pengetahuan kita itu terbatas. Maka dengan rendah hati kita selalu meminta ampun atas kesalahan kita. Bagaimana Allah akan mengampuni kita jika kita tidak mau mengampuni orang yang bersalah kepada kita? Allah katakan bahwa itu tidak bisa. Bahkan jika kita ingin lebih sempurna lagi kita bisa ikuti teladan Tuhan Yesus, ketika ia mengampuni orang yang bersalah kepada-Nya, Ia berkata : "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34). Allah pasti bangga kepada anak-anak-Nya yang rendah hati dan bersikap seperti Tuhan Yesus.
Keenam, kita meminta pimpinan Tuhan dalam hidup (janganlah membawa kami ke dalam pencobaan tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat). Kita memang tahu bahwa Allah tidak akan membiarkan kita jatuh ke dalam pencobaan Iblis (1 Kor. 10:13). Tetapi bagaimana jika kita sombong tidak meminta pertolongan Allah, mampukah kita melawan pencobaan? Bagaimana jika kita berada di posisi Ayub? Allah mengizinkan Iblis mencobai Ayub, bagaimana jika Allah juga mengizinkan Iblis mencobai kita, apakah kita sanggup? Bila cobaan itu datang, mintalah kekuatan Allah untuk melepaskan kita dari cobaan itu, sebab kekuatan kita tak akan mampu mengatasinya.
Ketujuh, kita menyatakan otoritas Allah (karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya). Adakah orang yang berdoa kepada sesuatu yang tidak mempunyai otoritas? Jika ada, ia adalah orang yang bodoh. Jika ingin meminta pertolongan yang menyangkut masalah hukum kita datang kepada pengacara. Jika sakit kita datang kepada dokter. Adakah orang sakit datang kepada pohon? Jika ya, itu orang bodoh. Tetapi kuasa Allah jauh di atas pengacara maupun dokter. Itulah sebabnya kita meminta kepada Allah, yang punya otoritas atas segala apapun yang ada di bumi maupun di surga. Nyatakanlah otoritas Allah! Sekarang di dalam otoritas siapakah kita berdoa? Setelah Tuhan Yesus bangkit, Ia menerima segala kuasa baik yang di bumi maupun yang di sorga (Mat. 28:18; Ef 1:20-22). Kita meminta kepada Bapa di dalam nama Yesus (Yoh. 16:23-24; Kol. 3:17). Kata dalam nama Tuhan Yesus mempunyai arti di dalam otoritas Tuhan Yesus, sebab Ia telah menerima segala otoritas dari Bapa baik di durga maupun di bumi. Dan juga berarti melalui perantara Tuhan Yesus, sebab Tuhan Yesus yang menghubungkan kita kepada Bapa.
Kedelapan, kita beriman bahwa apa yang kita doakan akan terjadi (amin). Bahkan Tuhan Yesus katakan : " Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." Mengapa kita harus yakin, sebab kita harus memintanya di dalam iman. Bagaimana dapat meminta dalam iman jika bukan orang beriman (yang hidup benar)? Amin. Jadilah sesuai dengan kehendak Allah, bukan kita. Penyerahan terakhir berikanlah kepada Allah yang akan menyempurnakan doa kita. Bila sesuai dengan kehendak-Nya maka niscaya apa yang kita minta akan diberikan. 1 Yohanes 3;22 mengatakan : "Dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya."

 
Jika kita berdoa, dikatakan bahwa kita sedang berkomunikasi kepada Allah? Doa bukanlah komunikasi jika satu arah. Kalau begitu bagaimana Allah menjawab doa kita? Banyak cara yang Allah lakukan. Pertama, lewat para nabi, ini terjadi di Perjanjian Lama. Kedua, lewat firman-Nya. Alkitab adalah perkataan/suara Allah. Jika kita tidak suka membaca Alkitab, bagaimana kita tahu Allah menjawab doa kita? Maka berdoa dan membaca firman adalah langkah yang baik untuk mendekatkan diri dengan Allah. Kita menjalin komunikasi dua arah, kita berbicara melalui doa, Allah berbicara melalui firman-Nya. Kita tahu apa yang Allah kehendaki untuk kita lakukan dan setelah melakukannya kita menanti campur tangan Allah untuk bekerja di dalam hidup kita. Ketiga, lewat suatu peristiwa atau kejadian atau perantara (Allah mendorong orang lain untuk menolong kita). Ini merupakan campur tangan Allah atau jawaban Allah atas doa kita. Allah bisa menjawab, menunda atau menolak doa kita.
Jadi, saudara-saudara, apakah itu doa? Doa adalah kesempatan istimewa yang diberikan Allah kepada kita untuk berkomunikasi dengan Allah yang di dalamnya kita berkesempatan untuk memuliakan Allah, meminta pertolongan, dan menyatakan otoritas Allah yang kita lakukan dengan kesungguhan dan dalam iman kita kepad Allah. Dari pola doa yang sudah kita pelajari, kita tahu bahwa doa itu bukanlah kata-kata hafalan, melainkan sesuatu yang kita minta kepada Bapa (Yoh. 16:23). Bukan kata-kata mantra, melainkan permohonan dan ucapan syukur (Filipi 4:6; 1 Tes. 5:17-18; Kol 1:3). Bukan pula kata-kata yang hampa, melainkan kata-kata yang penuh kuasa (Yakobus 5:16). Dengan mengetahui apa itu doa semoga kita bisa berdoa dengan baik dan benar sesuai dengan apa yang diajarkan kepada kita. Amin!

Disiplin Gereja (Bagian 1) - Dasar Peraturan Gereja Dari Allah


Disiplin Gereja (Bagian 1)
Dasar Peraturan Gereja Dari Allah
(Oleh : Petra Nainggolan)

 
Apakah yang dimaksud dengan disiplin? Menurut KBBI mobile disiplin
ialah tata tertib; ketaatan kepada peraturan.
Gereja adalah suatu kumpulan (Jemaat) yang di dalamnya tentu mempunyai peraturan. Peraturan yang dibuat dalam gereja bukanlah peraturan duniawi, melainkan peraturan yang bersifat spiritual. Dasar peraturan dalam gereja ialah Alkitab yaitu Firman Tuhan. Maka Tuhan sendiri yang menetapkan peraturan dalam gereja.
Gereja atau jemaat tidak menerima peraturan yang dibuat oleh manusia. Tuhan Yesus yang mendirikan gereja-Nya dan telah mati untuk gereja-Nya (Mat. 16:18; Ef. 5:25), manusia dapat mengatur gereja Tuhan (penatua-penatua diberikan otoritas oleh firman Tuhan) tetapi tidak dapat menambahi sesuatu ke dalam Hukum/peraturan Tuhan, karena gereja itu bukan milik manusia! Jika manusia ingin mengatur, maka ia harus membuat gereja bagi dirinya sendiri. Contohnya adalah Charles T.Russel pendiri saksi Yehova, John Wesly pendiri gereja Methodist, Calvin pendiri gereja Presbiterian, John Smythe pendiri gereja Baptis, Ellen.G.White pendiri gereja Advent, Joseph Smith pendiri gereja Mormon, William Booth pendiri gereja Balai Keselamatan, dan Katolik oleh Bonaface III, tahun 606 M, (lih. A Study of Denominations and Their Doctrines, By : Ben Bailey, 2007). Kalau di Indonesia yang cukup terkenal adalah Pdt.DR.Stephen Tong pendiri gereja Injili Indonesia Reform. Di Indonesia ada juga yang mengaku "saya orang Pantekosta" atau saya orang Karismatik"??? Pertanyaannya bagi kita semua adalah "Adakah Kristus itu terbagi-bagi? Adakah mereka (pendiri-pendiri gereja/aliran-aliran) disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama mereka (pendiri-pendiri gereja/aliran-aliran) ???" (1 Korintus 1:13). Apakah seperti ini disiplin/peraturan dalam gereja? Tidak!
"Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir.
Sebab, saudara-saudaraku, aku telah diberitahukan oleh orang-orang dari keluarga Kloƫ tentang kamu, bahwa ada perselisihan di antara kamu.
Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus.
Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?
Aku mengucap syukur bahwa tidak ada seorang pun juga di antara kamu yang aku baptis selain Krispus dan Gayus,
sehingga tidak ada orang yang dapat mengatakan, bahwa kamu dibaptis dalam namaku.
Juga keluarga Stefanus aku yang membaptisnya. Kecuali mereka aku tidak tahu, entahkah ada lagi orang yang aku baptis.
Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itu pun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia.
(1 Korintus 1:10-17).

 
Rasul Paulus yang mendirikan banyak jemaat-jemaat melalui penginjilanya, tidak mengatakan bahwa ia pendirinya, tidak berkata bahwa ia kepala gereja atau pemilik gereja, tidak mengatakannya sebagai gereja Paulus atau aliran Paulus, tetapi menyebutnya Jemaat Kristus (Rm. 16:16; Gal. 1:22) sebab ia hanyalah sebagai kawan sekerja Tuhan, karena ia bekerja bagi Tuhan bukan bagi dirinya sendiri, dan untuk kemuliaan Tuhan bukan untuk membesarkan nama Paulus. (1 Korintus 3:1-23).
Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.
Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.
Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri.
Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.
Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.
Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus." (1 Korintus 3:6-11)

 
Siapakah pendiri gereja yang benar? Jawabannya adalah KRISTUS (Matius 16:18). Pastikan bahwa saudara berada dalam gereja-Nya Kristus, bukan gereja yang didirikan oleh manusia (ciri-ciri orang yang mendirikan gereja selalu bermegah atas gereja yang ia bangun), sebab Kristus menyelamatkan jemaat-Nya, (apakah manusia dapat menyelamatkan gereja?) bukan menyelamatkan jemaat "si Anu" dan jemaat "si itu" (Efesus 5:23). Kristus tidak membangun gereja yang fisik, tetapi yang rohani, yaitu jemaat yang hidup, bukan bangunan fisik. Manusia membangun gereja yang fisik, bukan yang hidup. Manusia memang dapat membangun sebuah bangunan gereja dengan uangnya yang banyak, namun tidak dapat berkata bahwa ia pendiri gereja, atau pemilik gereja, atau kepala gereja atau pemimpin gereja, itu merampas hak Kristus sebagai pendiri gereja dan kepala gereja. (Kolose 1:8; Efesus 5:23). Salah besar apabila orang membangun gedung gereja namun mengatakan bahwa ia kepala gereja (supaya dapat mengatur gereja sesuai keinginannya). Dalam Gereja-Nya Kristus, peraturan berasal dari otoritas Kristus, Kristus memberikan kuasa-Nya kepada para rasul, dan jemaat tekun dalam pengajaran para rasul (Kis. 2:42), tetapi dalam gerejanya "si Anu", peraturannya tidak Alkitabiah sebab banyak yang melenceng dari otoritas firman Tuhan. Setelah rasul-rasul tiada, jemaat Kristus berada di bawah otoritas Perjanjian Baru, yang adalah karya Roh Kudus ditulis dengan tangan para rasul dan hamba Tuhan Yesus.
Bagaimana Tuhan mengatur gereja-Nya? Tuhan sudah menentukan penatua-penatua untuk menggembalakan jemaat (Kis. 20:28). Penatua-penatua dipilih sesuai kriteria Tuhan, bukan manusia, Tuhan memilihnya dan menentukannya, kita menerapkannya sesuai dengan petunjuk yang diberikan Tuhan kepada kita dalam kitab 1 Timotius 3:1-13 dan Titus 1 :5-9. Jika Alkitab merupakan standart yang digunakan dalam mendisiplin, maka jangan sekali-kali menggunakan dasar yang lain (cth: pengetahuan pribadi, kepentingan pribadi), karena akan mengakibatkan kesalahan. Jika dibandingkan dengan kriteria-kriteria yang ada di gereja-gereja yang dibuat oleh manusia maka ada sedikit miripnya dengan kriteria yang dibuat oleh Tuhan, sebab mereka mengambil sebagian dari Alkitab tetapi lebih banyak kriteria yang mereka buat berdasarkan pada kesukaan dan kepentingan mereka daripada menjunjung tinggi peraturan Tuhan. Ingat bahwa gereja yang sungguh-sungguh berdisiplin bukanlah yang baik dan tegas menurut standart/pemikiran manusia, tetapi orang Kristen yang berdisiplin adalah yang menjalankan perintah-perintah Tuhan dengan dasar kasih kepada-Nya (bukan kasih yang mementingkan diri sendiri) (Yoh. 14:15; 1 Yoh 5:2-3).
Bagi kita yang hidup sekarang ini peraturan/disiplin dalam gereja sudah tertulis di dalam Alkitab. Alkitab perjanjian baru ditulis oleh para rasul dan hamba Allah, oleh karena Allah yang mengilhamkannya. (2 Pet. 1: 16, 21; Gal. 1:11-12; 1 Kor. 14:37; 11:23; 2 Tim. 3:16). Namun bagi jemaat yang hidup pada abad pertama, mengenai peraturan/disiplin diberikan oleh Roh Kudus dan juga rasul-rasul (Kis. 15:28), sebab rasul-rasul mempunyai otoritas, dan Roh Kudus yang menguatkan (Yoh. 14:26; 16:13).
Jadi, saudara-saudara, dasar peraturan gereja yang benar adalah yang berasal dari Allah. Bagaimana kita mengetahuinya adalah dengan cara menyesuaikannya dengan apa yang telah difirmankan-Nya dalam Alkitab. Kita tidak boleh membuat peraturan sendiri dalam gereja, sebab gereja bukanlah milik kita tetapi milik Allah. Mereka yang membuat peraturan sendiri juga telah membuat gereja untuk mereka sendiri yang berlainan dengan gereja Tuhan, sebab itu mereka telah melenceng dari kebenaran. Manusia tidak dapat menyelamatkan gereja yang dia buat, tetapi Kristus menyelamatkan gereja-Nya. Jemaat abad pertama bertekun dalam pengajaran rasul-rasul. Kita pun harus bertekun dalam pengajaran para rasul, melalui apa yang mereka tuliskan, sebab apa yang mereka tuliskan adalah ilham Allah.

Disiplin Gereja (Bagian 2) - Allah Mendisiplin Umat-Nya


 

Disiplin Gereja (Bagian 2)

Allah Mendisiplin Umat-Nya


 

(Oleh : Petra Nainggolan)


 

Mengapa harus ada disiplin? Pada prinsipnya Allah tidak menyenangi dosa. Tetapi dosa memisahkan manusia dengan Allah (Yes. 59:1-2) dan perpisahan itu harus ada karena Allah tidak dapat bersekutu dengan dosa. Itu adalah sifat Allah yang suci dan kudus. Maka kesannya Allah selalu memberikan hukuman terhadap manusia yang berdosa, maka perpisahan dengan Allah menjadi disiplin bagi manusia yang berdosa itu, karena terpisah dengan Allah itu sebenarnya merupakan suatu hukuman, dan hukuman apapun yang diberikan selalu bergantung pada kebijaksanaan Allah, bukan kehendak manusia. Dan harus ingat prinsip bahwa Allah mendisiplin kita untuk kebaikan kita (Ibrani 12:10).


 

Bagaimana Ibr. 12:6 berbicara mengenai disiplin? "Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Allah menghajar orang yang dikasihi-Nya. Terkadang kita sebagai manusia tidak dapat mengerti jauh maksud Tuhan. Tetapi seperti itulah kehendak Tuhan. Efesus 5:17 mengatakan "Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendah Tuhan". Tuhan pasti mempunyai maksud mengapa Ia mendisiplin anak-anakNya. Allah memperlakukan kita sebagai anak-Nya dan tidak ada anak yang tidak dihajar oleh ayahnya (Ibr. 12:7). Tetapi justru jika kita sebagai anak lepas dari ganjaran/disiplin maka kita bukan disebut anak Allah tetapi anak gampangan (Ibr. 12:8). Jikalau kepada ayah kita secara jasmani yang mendisiplin kita, kita memberikan hormat, apalagi kepada Bapa kita secara rohani? Yaitu Allah, kita justru harus lebih taat supaya kita bisa hidup (Ibr. 12:9).


 

Sesuai dengan Ibrani 5:7-9 , Apakah Yesus sebagai anak secara jasmani dan anak secara rohani hidup berdisiplin? Allah mengizinkan cobaan itu datang kepada kita untuk mendisiplin kita. "Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan". Secara jasmani Tuhan Yesus telah hidup dengan saleh dan taat, tetapi apakah dengan demikian Ia bebas daripada penderitaan? Yesus sanggup melewati penderitaan itu karena Bapa mendengarkan doa-Nya. "Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya". Yesus sebagai Anak Allah mempunyai kuasa dan otoritas untuk mengalahkan penderitaan-Nya, namun Ia taat dengan tidak menggunakan kuasa-Nya, justru mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba (Filipi 2:7) dan hanya menggunakan kemampuan-Nya sebagai manusia biasa sama seperti manusia yang lainnya untuk mengalahkan penderitaan itu. Dengan demikian Ia telah mendisiplinkan diri-Nya sendiri dan menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya (Ibr. 5:9). Sebab jika Yesus tidak disiplin dan tergoda untuk menyalahgunakan kuasa, ia berdosa, dan bagaimana dapat menebus manusia yang berdosa? Tetapi kuasa yang Yesus lakukan untuk menunjukkan pekerjaan-pekerjaan Bapa, dan meneguhkan perkataan yang Ia beritakan bahwa Ia adalah Mesias (Yoh. 20:30-31). Ketika Yesus berpuasa 40 hari 40 malam, ia digodai iblis, namun ia taat dan mengalahkan kuasa iblis. Maka Yesus adalah contoh yang sempurna bagi umat manusia.

Allah mendisiplin umat-Nya dengan berbagai cara yang dikehendaki-Nya. Allah juga menginginkan disiplin diterapkan dalam berbagai hal di dalam kehidupan manusia. Apa sajakah itu?


 

  1. Allah menghendaki disiplin di dalam Keluarga (Amsal 22:15; 13:24)

    Gereja juga harus bisa mengajarkan mengenai disiplin dalam keluarga. Amsal 13:24 mengatakan : "Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya." Menurut Amsal 13:24, siapakah yang benci terhadap anaknya? Yaitu orang tua yang tidak menggunakan rotan kepada anak-anaknya. Apakah ini berarti bahwa harus memukul anak dengan rotan? Kita tidak dapat memaksa ayat ini secara leterlet, jika kita mengingat kembali apa kata penulis kitab Ibrani bahwa anak yang tidak diberi ganjaran adalah anak gampangan. Intinya adalah disiplin. Tongkat rotan adalah gambaran dari disiplin. Anak yang melanggar didikan harus mendapat disiplin dari sejak dini. Sebab jika tidak disiplin tidak akan mampu membentuk anak ke jalan yang benar. Amsal 22:6 mengatakan "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." Kebanyakan orang tua salah menilai kasihnya kepada anaknya, mereka menganggap bahwa dengan menuruti segala kemauan anak mereka menunjukkan kasihnya kepada anaknya. Itu salah! Orang tua tidak boleh bersikap permisif kepada anaknya, yaitu dengan memperbolehkan segala sesuatu kepada anaknya dan sama sekali tidak mendidik anaknya berdisiplin. Sikap yang seperti itu tidaklah mendidik anak justru merusak anak, sebab Allah sendiri pun menentangnya dengan menegaskan bahwa, anak yang tidak mendapat disiplin adalah anak gampangan (Ibrani 12:8).

    Kemudian, siapakah yang mengasihi anaknya? Yaitu orang tua yang menghajar anaknya pada waktunya. Ini haruslah dimengerti dengan benar, sebab banyak orang tua juga yang salah dalam memberikan disiplin. Orang tua tidak dapat menjadikan hal ini sebagai alasan untuk menghajar anaknya, itu sikap yang salah! Dasar mendisiplin anak adalah KASIH. Kita menghajar bukan dengan emosi apalagi kekerasan, tetapi dengan kasih. Dengan kasih kita harus menyelamatkan anak dari bahaya maut, masa depan yang hancur, dan dari karakter yang jahat. Menghajar pada waktunya adalah memberikan didikan yang sesuai dengan seharusnya. Lemah lembut pada waktunya dan keras pada waktunya. Jangan membiarkan lewat bila telah tiba waktu yang tepat untuk mendisiplin.

    Imam Eli tidak memberikan disiplin yang tepat pada waktunya, sehingga anak-anaknya tidak mengindahkan Tuhan dan peraturan (2 Sam. 2:22-25). Percayalah akan kehendak Allah. Apa kata Amsal 22:15 "Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu daripadanya".

    Mengapa adanya disiplin dalam keluarga itu penting? Keluarga adalah lembaga yang dibuat oleh Tuhan. Keluarga pertama kali dibentuk oleh Tuhan di taman Eden ketika Tuhan mempersatukan Adam dan Hawa. Tuhan tentu menginginkan keluarga yang berkualitas. Keluarga yang berkualitas tentu mempunyai standar/pola, yang sesuai dengan kehendak Allah. Disiplin keluarga akan membentuk kualitas keluarga. Disiplin membatasi ayah, ibu, dan anak dari kekacauan tetapi menciptakan sebuah keteraturan dalam sebuah keluarga. Sebab jika tanpa disiplin alias bebas dari aturan, kita adalah orang yang tidak mempunyai aturan/liar (Dalam kitab Ibrani Allah menyebutnya sebagai anak gampangan, Ibrani 12:8). Seorang suami tidak boleh tidak memberi nafkah bagi keluarganya (Kej. 3:17-19; 1 Tim. 5:8). Seorang istri tidak boleh tidak tunduk kepada suaminya di dalam Tuhan (Kol. 3:18), dan seorang anak tidak boleh tidak menaati orang-tuanya di dalam Tuhan (Ef. 6:1). Ini disiplin dasar yang diberikan Tuhan untuk sebuah keluarga, dan masih banyak lagi yang lainnya. Keluarga adalah miniatur gereja, oleh sebab itu keluarga harus berkualitas di dalam Tuhan.


     

  2. Allah menghendaki disiplin di dalam Gereja (Kis. 5:1-14)

    Berdasarkan cerita yang tertulis dalam kitab Kis. 5:1-14 , Siapakah yang didisiplin Allah dalam PB? Ananias dan Safira. Mengapa mereka didisiplin? Mereka berdosa kepada Allah. Dosa apa yang mereka lakukan? Mereka mendustai Roh Kudus. Apa dusta mereka? Mereka berdua berjanji untuk menyerahkan hasil penjualan tanah mereka kepada rasul-rasul, tetapi mereka menahan sebagian hasil dari penjualan tanah itu, tetapi Allah mengetahui kebohongan mereka. Apa hukuman yang mereka terima sebagai bentuk disiplin yang Allah berikan? Mereka mati.

    Apakah Allah begitu kejamnya dalam mendisiplin? Kita tidak tahu, tetapi Allah yang Maha Tahu menyelidiki hati orang. Kita tidak dapat menilai dengan adil. Tetapi Allah itu adil. Sesuatu dapat kita pelajari dari kehendak Allah. Apa yang terjadi kepada seluruh jemaat dan orang-orang yang mendengar kabar disiplin Allah itu? (Kis. 5:11) mereka takut kepada Tuhan. Apa arti dari takut mereka? Mereka takut untuk melawan Allah, mereka takut untuk berbuat dosa dihadapan Allah. Apakah dengan demikian jemaat semakin dikuatkan? Ya! Apakah orang-orang yang berada diluar jemaat pun menjadi takut (hormat) kepada Allah? Ya! Apa yang terjadi di dalam jemaat setelah peristiwa itu? "Dan makin lama makin bertambah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan." Jadi, itulah maksud atau kehendak Allah, kita harus yakin bahwa yang terbaik adalah pemikiran Allah bukan apa yang kita pikirkan.

    Jemaat itu harus berdisiplin/tertib. Supaya tidak terjadi kekacauan di dalam gereja, bahkan menjauhi kesesatan/hal-hal yang dapat melencengkan kebenaran. Contohnya jemaat di Korintus yang hidupnya tidak tertib, terjadi perpihak-pihakkan dalam gereja (1 Korintus 1), kekacauan dalam ibadah karena penggunaan bahasa Roh yang salah (1 Korintus 14), kekacauan dalam perjamuan Tuhan (1 Korintus 11), perkawinan dan perceraian (1 Korintus 7) dan masih banyak lagi kekacauannya. Oleh karena itu rasul Paulus menertibkan mereka. Sekarang juga banyak gereja-gereja yang kacau dan melenceng dari kebenaran sebab disiplin/peraturan mereka tidak sesuai dengan ajaran firman Tuhan, sebab banyak sekali gereja yang terpecah-pecah karena pertengkaran dan perselisihan, itu adalah pertanda kekacauan dalam gereja. Penyebabnya adalah karena tidak mengikuti standart yang benar, yaitu firman Tuhan. Bagaimana gereja dapat memberitakan tentang pelbagai kebajikan, kebaikan dan kedamaian jika di dalam gereja itu sendiri tercipta kekacauan karena tidak berada di atas standart yang benar?


     

  3. Allah menghendaki disiplin di dalam pemerintahan (Rm. 13:1-7; Titus 3:1; 1 Pet. 2:13-14).

    Selama ini mungkin kita tidak terpikirkan bahwa Allah menyuruh kita untuk taat kepada pemerintah. Allah pasti mempunyai maksud atau kehendak untuk hal itu, kita harus mengerti apa kehendak-Nya. Tapi ingat bahwa sekalipun kita tunduk kepada pemerintah, tidak selamanya pemerintah memberikan perintah yang benar. Ingat kata rasul-rasul, /"Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: "kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia" / (Kis. 5:29).

    Apa yang dikehendaki Allah untuk kita lakukan terhadap pemerintah dalam Rm. 13:1? Tiap-tiap orang harus tunduk kepada pemerintah yang diatasnya. Mengapa kita harus tunduk kepada pemerintah yang ada diatas kita? Sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah dan pemerintah-pemerintah yang ada ditetapkan oleh Allah. Bagaimana dengan pemerintah yang jahat? Apakah itu dari pemerintah? Jawabannya: apakah sesuatu yang jahat datangnya dari Allah? Pemerintah yang bagaimanakah yang merupakan alat Allah untuk kebaikan? Dapatkan pemerintah yang jahat menjadi alat Allah? Atau pemerintah yang jahat itu kehendak iblis untuk mengalahkan pemerintah yang baik. Roma 13 tidak membicarakan mengenai pemerintah yang jahat, namun pemerintah yang baik yang digunakan untuk kebaikan manusia. Jadi yang dibicarakan disini adalah pemerintahan yang baik yang akan menghakimi manusia yang berbuat jahat (ayat 2-4). Mengenai pemerintah yang baik, siapakah yang dilawan manusia jika manusia melawan pemerintah yang baik? Allah. Apa yang akan terjadi kepada orang yang melawan pemerintah? Akan menerima hukuman. Mengapa kita tidak usah takut kepada pemerintah? Sebab kita berbuat baik. Orang yang bagaimanakah yang akan takut kepada pemerintah? Orang yang jahat. Jadi, apakah maksud Allah memberikan kita suatu lembaga pemerintah? Untuk membalaskan murka Allah bagi mereka yang berbuat jahat. Apakah kehendak Allah ini mendatangkan kebaikan? Ya! Untuk siapakah kebaikan itu? Untuk kita.

    Apa yang dikatakan rasul Petrus mengenai kepatuhan terhadap pemerintah yang berkuasa atas kita? (1 Ptr. 2:13-17). Kita harus menunjukkan kebaikan dengan demikian membungkam kepicikan orang-orang yang bodoh. Apa jadinya jika orang-orang Kristen banyak yang berbuat jahat dan dimasukkan dalam penjara? Bukankah nama Kristus yang tercemar? Tetapi bukankah orang akan menghormati Kristus bila bila melihat tiada satupun pengikutnya yang berbuat jahat?


     

Jadi, saudara-saudara, Allah menetapkan suatu disiplin, yang pada dasarnya ialah untuk mengatur, membentuk dan memelihara manusia, menjadi manusia yang baik dimata Allah. Allah mendisiplin kita melalui berbagai cara, dan berbagai lembaga misalnya keluarga, gereja dan pemerintah. Manusia tidak menciptakan disiplin itu, tetapi disiplin dalam keluarga, gereja dan pemerintah, semuanya telah diatur oleh Allah, baik yang bersifat instruktif maupun yang bersifat korektif. Tujuannya ialah sama yaitu untuk kebaikan manusia. Hiduplah dalam disiplin yang Alkitabiah dalam gereja. Disiplin yang Alkitabiah adalah yang menuruti kehendak Allah di dalam firman-Nya.


 


 


 


 

Note : Tulisan ini saya kembangkan dari pertanyaan-pertanyaan diskusi dalam Sabda Hidup Jurnal Rohani, edisi April-Juni 2010

Disiplin dalam Gereja (Bagian 3) - Disiplin Instruktif dan Korektif

Disiplin dalam Gereja (Bagian 3)

Disiplin Instruktif dan Korektif

(Oleh : Petra Nainggolan)


 

  1. Disiplin Instruktif

    Disiplin instruktif adalah disiplin yang bersifat perintah. Disiplin ini bertujuan untuk memproteksi dan memelihara. Dalam Kis. 20:28, para Penatua diperintahkan Allah untuk menggembalakan jemaat, bagaimana caranya? Salah satunya mereka harus mendisiplin dengan pengajaran firman Tuhan yang akan memproteksi dan memelihara, dan dengan mendidik dalam menerapkan pengajaran firman Tuhan. Pengajaran firman Tuhan tentu bersumber dari Alkitab yang adalah ilham Allah (2 Tim 3:16). Perintah-perintah dibuat oleh yang mempunyai otoritas dan harus dijalankan oleh orang yang menerima perintah, yaitu Tuhan Yesus memberikan perintah kepada Rasul-rasul untuk meneruskan pengajaran-Nya (Mat. 28:20) dan Rasul-rasul meneruskan pengajaran dari Tuhan kepada jemaat-jemaat. Salah satu contoh yang dilakukan para rasul ialah dengan memberikan perintah kepada penatua-penatua untuk menggebalakan jemaat (Kis. 20:28), gunanya para penatua ialah untuk memelihara pengajaran sekaligus jemaat Allah itu sendiri.

    Berikut ini beberapa jemaat yang menerapkan disiplin instruktif. Jemaat yang ada di Roma telah menerima pengajaran yang telah diteruskan kepada mereka dengan segenap hati (Rm 6:17). Dengan demikian jemaat-jemaat Allah berdisiplin dalam setiap ajaran yang mereka terima sebab mereka melakukan itu dengan sepenuh hati berdasarkan apa yang benar dari kitab suci. Ada contoh lagi mengenai jemaat yang berdisiplin dalam pengajaran, yang lain yaitu jemaat di Yerusalem, mereka tekun dalam pengajaran rasul-rasul (Kis. 2:42-47). Yang ketiga yaitu jemaat di Antiokhia, ketika Barnabas datang kesana ia bersukacita karena melihat kasih karunia Allah, ia menasihati mereka untuk tetap setia kepada Tuhan. Disanalah murid-murid pertama kalinya disebut sebagai orang Kristen (Kis. 11:26). Yang keempat adalah jemaat di Berea, pada waktu mereka masih menjadi orang Yahudi pun mereka giat mempelajari firman Tuhan, menyelidikinya apakah benar atau tidak, sehingga mereka menjadi orang percaya, dan tentu setelah menjadi jemaat mereka tetap tekun dalam pengajaran (Kis. 17:11-12). Yang kelima adalah jemaat di Filadelfia, jemaat yang dipuji oleh Tuhan, begitu kuat dalam menuruti firman Tuhan bahkan oleh karena disiplin mereka dalam menuruti pengajaran firman Tuhan begitu kuat, sehingga tiada kritik sama sekali untuk jemaat ini (Wahyu 3:7-11) dibandingkan dengan jemaat di Pergamus dan Tiatira yang menyelewengkan kebenaran dengan membiarkan pengajar sesat menyesatkan mereka. (Why. 2:12-29). Dan masih banyak lagi jemaat yang lainnya.

    Tidak hanya disiplin untuk jemaat, Paulus juga memberikan disiplin untuk beberapa orang Kristen, salah satunya adalah Timotius. Disiplin instruktif yang diberikan Paulus kepada Timotius tertulis dalam surat rasul Paulus untuk Timotius. Salah satu instruksinya yang paling dikenal adalah ketika Paulus memerintahkan agar Timotius menjadi teladan bagi semua orang.

    "Beritakanlah dan ajarkanlah semuanya itu. Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar. Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua. Perhatikanlah semuanya itu, hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang. Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau. (1 Tim. 4:11-16).


     

    Timotius harus mendisiplinkan dirinya terhadap apa yang diajarkan Paulus, dan itu terbukti dalam kitab 2 Timotius 3:10, yaitu dalam surat Paulus yang kedua kali untuk Timotius, Paulus katakan : "Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku." Instruksi yang bisa dibilang keras adalah ketika Paulus menginstruksikan mengenai para penatua yang harus dipilih berdasarkan kriteria yang dikehendaki Tuhan (1 Tim. 3:1-7), dan mengenai perempuan harus berdiam diri dalam jemaat (1 Tim. 2:8-15).


     

    Siapakah yang bertanggung jawab untuk memberikan pengajaran tersebut. Efesus 4:11-12 mengatakan bahwa para rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil, maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar harus memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan dan pembangunan tubuh Kristus. Tetapi para penatua mempunyai perintah itu secara spesifik. Alkitab mengatakan bahwa para penatua harus menjaga seluruh kawanan domba Allah (Kis. 20:28; 1 Ptr 5:2). Jemaat bisa terhilang di dalam dunia ini, bisa lemah dan runtuh dan disesatkan. Mereka butuh diarahkan supaya tidak tersesat, butuh dikuatkan supaya tetap teguh. Oleh sebab itu pengajaran akan memproteksi mereka agar tidak keluar dari jalur, bahkan semakin kuat dan sempurna dalam pertumbuhan. Para penatua harus dapat menggembalakan kawanan. Layaknya seperti seorang gembala yang harus siap dalam memberikan perhatiannya kepada dombanya. Ia harus dapat memberikan makanan dan minum yang baik untuk dombanya, merawat dombanya bila sakit dan menjaganya dari binatang buas. Sebuah gambaran untuk pekerjaan para penatua sebagai gembala. Seorang gembala harus dengan kasih ketika menggembalakan dombanya, bukan karena paksaan, atau karena upah dari majikan, tetapi karena kasihnya sehingga ia ingin agar dombanya terpelihara dengan baik. Sebab domba yang ia pelihara adalah milik Allah, oleh karena itu tidak boleh mengecewakan Allah. Ia juga harus memimpin dengan baik (1 Tim 5:17), sebab dengan demikian mereka akan mendapatkan upah yang layak sesuai dengan jerih payah mereka, akan dihormati bahkan sampai dua kali lipat, tetapi motifnya bukan untuk mencari hormat atau upah, melainkan kasih kepada Allah dan umat-Nya. Berjaga-jaga atas jiwa-jiwa (Ibrani 13:17, 20) dan mereka akan mempertanggungjawabkannya kepada Kristus sebagai gembala Agung.

    Bagaimana sikap jemaat terhadap pengajaran/disiplin tersebut? Jemaat harus sungguh-sungguh menjunjung tinggi dalam kasih (1 Tes. 5:12-13). Mereka yang ditugaskan untuk memberikan pengajaran tersebut mungkin akan menegor perbuatan kita yang salah, kita tidak boleh melawan, sebab yang mereka lakukan adalah untuk mengembalikan kita ke jalan yang benar. Jemaat juga harus tunduk kepada mereka (Ibr. 13:17), artinya adalah menerapkan apa yang mereka ajarkan, dan tidak melampaui/keluar dari apa yang mereka ajarkan, taat kepada mereka. Jemaat patut menghormati mereka (1 Tim 5:17) Tuhan perintahkan kita harus menghormatinya, berarti tidak boleh tidak. Selain itu juga harus mencontoh iman mereka (Ibr 13:7). Mengapa harus mencontoh mereka? Kita belajar tidak selalu dari perkataan mereka, tapi juga dari apa yang mereka lakukan dan itu lebih kuat pengaruhnya, sebab kita tidak dapat menyangkal bahwa mereka hidup dalam iman jika mereka telah memperlihatkannya melalui hidup mereka. Jika Jemaat tunduk kepada penatua berarti tunduk kepada pengajaran Tuhan dan jika tunduk kepada pengajaran Tuhan maka itu berarti tunduk kepada Tuhan.

    Kewajiban kita sebagai orang Kristen adalah harus mengenal perintah-perintah Tuhan dan menjalankannya, sebab dengan memelihara perintah-Nya kita memelihara kehidupan rohani kita yang baik. Kehidupan rohani yang baik di dalam gereja di dukung dari kehidupan yang rohani yang baik dari setiap anggota gereja. Doktrin yang benar ditunjang oleh disiplin yang Alkitabiah dan sikap hidup yang berdisiplin tinggi dengan menerapkan pengajaran. Dengan demikian akan menjauhkan gereja dari berbagai perselisihan dan kehancuran, sebaliknya gereja akan semakin kuat terbangun dan berdiri bagi kebenaran. Salah satu kuncinya adalah disiplin dalam pengajaran.


     

  1. Disiplin Korektif

    Disiplin korektif adalah disiplin yang bersifat sanksi demi kebaikan orang yang didisiplin maupun orang lain yang hidup dalam disiplin. Disiplin ini tentu harus dilakukan berdasarkan otoritas Tuhan, yang Ia berikan kepada kita lewat firman-Nya. Jika kita melihat dalam 2 Timotius 3:16, firman Tuhan yang ditulis akan menyatakan kesalahan kita dan memperbaiki kelakuan kita, inilah yang terjadi dalam disiplin yang bersifat korektif, juga termasuk ketika harus menjauhi orang yang tidak mengindahkan disiplin (Mat. 18:15-20).

    Kita dapat mempelajari beberapa peristiwa yang di dalamnya terdapat disiplin korektif. Sesuai dengan Roma 15:4, maka kita dapat belajar dari apa yang tertulis di dalam perjanjian lama. Dalam kitab Yosua pasal 7, bangsa Israel gagal menaklukkan kota Ai, apa yang menyebabkan hal itu terjadi? Tuhan mengatakan bahwa itu akibat kesalahan mereka sebab dari antara orang Israel ada yang melanggar perjanjian bahwa mereka mengambil sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan itu (Yos. 6:18-19 ; 7:10-12). Bagaimanakah caranya Tuhan mengadili mereka? Tuhan menyuruh Yosua untuk mengumpulkan orang Israel tampil ke muka, maka Tuhan akan menunjukkan siapa yang bersalah. Ketika didapatkan bahwa Akhan yang bersalah maka Yosua dan bangsa Israel mendisiplinnya sebab Akhan telah melanggar perjanjian dengan Tuhan.

    Mengapa Bangsa Israel dihukum? Dalam kitab 1 Kor. 10:1-11, mereka melawan perintah Allah. Mereka menyembah berhala, melakukan percabulan, mencobai Tuhan, dan bersungut-sungut. Allah mendisiplin mereka untuk menjadi pelajaran bagi orang-orang yang hidup setelah mereka. Supaya tidak mengikuti jejak langkah orang Israel.

    Mengapa Ananias dan Safira dihukum (Kis. 5:1-11)? Mereka telah mendustai Allah, Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan, dengan menghukum Ananias dan Safira Allah membungkam jemaat dan juga orang-orang yang ada disekitar mereka, sehingga semuanya takut dan menghormati Allah, setelah itu semakin banyak orang yang menjadi percaya.

    Mengapa jemaat yang berzinah di Korintus harus dijauhkan (1 Kor. 5:1-5)? Sebab sedikit ragi dapat mengkhamiri seluruh adonan. Orang yang sebelumnya tidak melakukan dosa, terpengaruh untuk melakukan dosa oleh karena melihat saudaranya melakukan itu. Dengan tidak adanya tindakan disiplin dari jemaat membuat mereka merendahkan hukum dan tidak menghargai peraturan dalam jemaat.

    Jadi, mengapa harus ada disiplin korektif? Mengapa ini harus dipertanyakan sebab Tuhan sendiri yang memerintahkannya. Dapatkah kita mempertanyakan perintah Tuhan? Kita harus mengerti bahwa Tuhan menginginkan gereja-Nya itu suci (Ef. 5:25-27; 1 Kor. 3:16-17). Apa yang membuat disiplin korektif itu menjadi penting?

    1. Menyembunyikan dosa dalam jemaat akan membuat Tuhan marah. Contohnya: Paulus menegor dengan keras jemaat di Korintus sebab mereka membiarkan dosa di dalam jemaat. Sebab sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan (1 Kor. 5:6). Orang yang tidak berdosa akan terpengaruh untuk melakukan dosa yang sama. Bukan jemaat Korintus saja yang ditegor. Melainkan jemaat di Pergamus dan Tiatira. Jemaat di Pergamus membiarkan beberapa orang yang menganut ajaran Bileam juga orang yang berpegang pada ajaran Nikolaus. Sedangkan jemaat di Tiatira membiarkan wanita Izebel, yang mengaku sebagai nabiah, menyesatkan jemaat Tuhan. Tuhan memberikan kepadanya waktu untuk bertobat (disiplin instruktif), karena ia tidak mau bertobat dari dosanya, Tuhan menghukumnya (disiplin korektif). Tuhan ingin di dalam jemaat-Nya itu bersih tiada dosa dan kesesatan. Untuk menjaga kekedusan itu telah diberikan pengajaran yaitu disiplin instriktif, namun ketika tidak dapat mencapai tujuan maka tindakan korektif akan dilakukan
    2. Disiplin korektif mempunyai tujuan penting. Ketika dikatakan bahwa disiplin ini sifatnya memperbaiki bukan berarti jika memberikan hukuman itu berarti tidak memperbaiki. Kita harus melihat sudut pandang hukuman itu sebagai apa, kemana arah atau tujuan disiplin ini, yang jelas untuk memberikan keadaan yang baik bagi semua jemaat. Oleh karena itu, yang menjadi tujuan disiplin ini adalah:
      1. Menyelamatkan gereja (1 Kor. 5:5). Apa yang terjadi ketika di dalam jemaat Korintus ada dosa yang dibiarkan begitu saja? Semua jemaat ditegur karena bersalah. Mengapa satu orang yang berbuat dosa tetapi semua yang bersalah? Sebab mereka semua mengetahui dosa itu namun membiarkannya terjadi dalam jemaat. Oleh karena itu gereja tidak selamat, karena satu ragi mengkhamiri seluruh adonan.
      2. Menyelamatkan yang bersalah (1 Kor 5:2,5). Bagaimana seseorang yang bersalah dan dihukum akan selamat? Jalan satu-satunya ialah dengan bertobat. Hukuman akan mendatangkan dukacita akibat dosanya, dan dengan dukacitanya karena dosa akan membawa kepada pertobatan, namun bukan dukacita duniawi melainkan dukacita ilahi (2 Kor. 7:10). Tetapi sebaliknya, banyak orang menganggap kejam apabila mendisiplin saudara kita yang bersalah. Tidak! Justru jika dosa dibiarkan akan membuat seluruh jemaat berdosa. Yesus katakan jika seseorang terbukti melakukan dosa, sampai dihadapan jemaat pun ia tidak mengaku dosanya/bertobat, pandang ia sebagai orang yang tidak mengenal Allah. Orang yang tidak mengenal Allah sama seperti orang dunia.

        "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."


         

    Kalau begitu, kepada siapa sajakah disiplin korektif ini diterapkan?

    1. Orang yang ditegur karena dosa dalam jemaat namun tidak mau bertobat (Mat. 18:15-20; 1 Kor. 5:1-13; 1 Tim 1:18-20). Harus ada pertobatan sebagai jalan kembali kepada Allah, tidak boleh terus menerus berbuat dosa.
    2. Orang yang menyesatkan jemaat atau bidat (Tit. 3:10; Why. 12:12-29). Ada orang di Pergamus yang seperti Bileam, mengajarkan untuk berbuat zinah, ia menyesatkan dan ada juga yang berpegang pada ajaran Nikolaus, sedangkan di Tiatira ada wanita yang menyesatkan seperti wanita Izebel, mengajarkan untuk berbuat zinah.
    3. Orang-orang yang tidak mau melakukan pekerjaannya (2 Tes. 3:6). Sebenarnya mereka adalah orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak mau bekerja, melainkan pekerjaan mereka adalah melakukan hal-hal yang tidak berguna. Bagaimana dengan orang yang hidup di zaman sekarang ini, yang tidak bekerja namun hanya duduk seharian dan mabuk alkohol di warung atau bar, sedangkan istri dan anak mereka diabaikan? Mereka adalah salah satu orang yang tidak tertib hidupnya, dan orang yang harus dijauhi.
    4. Orang yang hanya menjalankan ibadah secara lahiriah (2 Tim. 3:1-9). Mereka adalah orang-orang yang sebenarnya tidak beragama, ibadah mereka hanyalah untuk menutupi siapa diri mereka. Agar kita tidak tertular seperti mereka, maka perlu untuk menjaui mereka.
    5. Orang yang menimbulkan perpecahan, karena bertentangan dengan pengajaran yang benar (Rm. 16:17). Sebab mereka tidak melayani Kristus, tetapi perut mereka. Orang-orang yang tidak tulus namun selalu punya motif untuk kepentingannya, mereka harus dijauhi.
    6. Orang yang tidak membawa ajaran Kristus (2 Yoh. 9-11). Mereka adalah orang yang membawakan ajaran yang bukan ajaran Kristus, tetapi ajaran sesat.

    Disiplin bagi orang yang berdosa dalam jemaat memang penting, tetapi bagaimana sikap jemaat dalam memberikan disiplin juga penting. Disiplin korektif selalu didahului oleh disiplin instruktif sebagai pengajaran dan harus dalam kasih memberikan kesempatan bagi mereka untuk bertobat, sebab itu yang dikehendaki Tuhan (Mat. 18:15-20).

    Bagaimana sikap jemaat dalam mendisiplin mereka yang berdosa? Jemaat harus berusaha membuat mereka berbalik dari kesesatan (Yak. 5:19-20). Mereka yang kuat imannya harus memimpin mereka ke jalan yang benar (Gal. 6:1). Jemaat harus menegur dan mengingatkan mereka (1 Tes. 5:14). Dan jalan terakhir apabila mereka tidak bertobat, jauhi mereka (Mat. 18:15-20; 2 Tes 3:6; 1 Kor 5:4-5, 13).

    Jadi, disiplin yang sifatnya menghukum bukanlah kehendak kita, melainkan Tuhan yang menegaskannya, kita tidak menghakimi, tetapi menyatakan apa yang tertulis dan apa yang diperintahkan Tuhan untuk kita lakukan, berdasarkan firman-Nya. Tuhan menghendaki kita dalam jemaat tidak boleh membiarkan dosa, melainkan mengingatkan dan menegur, mengajarkan apa yang benar, dan bila tidak mau bertobat dijauhkan dalam jemaat.


     

    Note : Tulisan ini saya kembangkan dari pertanyaan-pertanyan Sabda Hidup Jurnal Rohani, edisi April-Juni 2010 dan buku Gereja Perjanjian Baru.