Jumat, 18 November 2011

Apakah Doa Itu?


Apakah Doa Itu?
(Oleh : Petra Nainggolan)

 
Menurut saudara, apakah doa itu? Apakah doa itu kata-kata yang dihafal, mengucapkan mantra, atau bagaimana? Orang Kristen sudah pasti harus tau apa itu doa. Bila ada orang Kristen yang belum mengenal apa itu doa, mari kita belajar mengenai apa itu doa. Kita tidak perlu merasa malu bertanya atau sungkan untuk belajar, sebab murid-murid Tuhan Yesus pun meminta untuk diajarkan mengenai doa. Mari kita melihat penjelasan mengenai doa dalam Alkitab.
Dalam kitab Lukas 11:1, setelah murid-murid Tuhan Yesus melihat bahwa Tuhan Yesus selesai berdoa, apa yang mereka minta kepada Tuhan Yesus? Murid-murid Yesus meminta untuk diajarkan doa. Apa yang membuat murid-murid meminta diajarkan berdoa? Mereka melihat bahwa murid-murid Yohanes Pembaptis diajarkan berdoa, mereka juga ingin bisa berdoa. Jadi kuncinya adalah, mereka ingin juga bisa berdoa seperti murid-murid Yohanes pembaptis. Bagi kita sekarang ini yang memiliki permasalahan tentang doa, apakah kita juga ingin bisa berdoa atau tidak? Sebaiknya Ya!
Dalam kitab Matius 6:5-8, Sebelum mengajarkan tentang doa, Yesus terlebih dahulu menekankan bagaimana kebanyakan orang mempunyai sikap yang salah dalam berdoa. Mengapa bisa salah berdoa? Sebab banyak orang yang berdoa tetapi tidak tahu apa sebenarnya arti doa itu, sehingga karena tidak tahu apa arti doa mereka salah sikap dalam berdoa. Sebelum murid-murid diajarkan berdoa, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat sudah terlebih dahulu tahu berdoa, tetapi Yesus menyatakan sikap mereka yang salah di depan murid-murid-Nya dalam hal berdoa, mengapa orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat salah sikap dalam berdoa? Sebab mereka tidak tahu apasebenarnya doa itu.
Sebagaimana kita mengartikan sesuatu hal, maka seperti itulah kita juga akan melakukan sesuatu hal sesuai dengan pengertian kita. Bila menurut kita doa itu adalah kata-kata hafalan, maka hal yang kita lakukan adalah menghafal ketika kita berdoa. Bila kita menganggap doa itu adalah kata-kata sakral atau mantra, maka sikap kita berdoa akan seperti mbah dukun yang komat-kamit mulutnya. Apakah seperti itu doa yang diajarkan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya? Lalu bagaimana Alkitab mengajarkan kita berdoa?
Secara langsung Alkitab tidak memberikan defenisi doa, yang diajarkan adalah pola sebuah doa. Tuhan Yesus memberikan pola doa dalam kitab Matius 6:9-13, yang dikenal sebagai doa Bapa Kami, karena Tuhan Yesus mengajarkan kita bagaimana untuk berdoa kepada Bapa. Kemudian dalam kitab Yohanes 17, yang sering disebut juga sebagai Doa Tuhan Yesus, karena Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa. Dari pola doa tersebut kita dapat memahami apa itu doa. Sebab dari pola doa (Mat. 6:13-19) itu ada terdapat elemen-elemen doa, seperti : kita berdoa kepada Bapa (Bapa kami yang di Sorga), menempatkan hak Bapa sebagai Allah (dikuduskanlah nama-Mu), mengharapkan Kuasa Ilahi (datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga), meminta kebutuhan jasmani (berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya), meminta pengampunan dosa (dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami), meminta pimpinan Tuhan dalam hidup (janganlah membawa kami ke dalam pencobaan tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat), menyatakan otoritas (karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya), beriman bahwa apa yang kita doakan akan terjadi (amin).
Kita perlu perhatikan satu-satu isi doa yang diajarkan Tuhan Yesus. Pertama, kita berdoa kepada Bapa (Bapa kami yang di Sorga). Jika Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa, kepada siapa kita juga harus berdoa? Berdoa Kepada Bapa.
"Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku." (Yoh. 16:24b). Bagaimana jika kita berdoa kepada Tuhan Yesus atau Roh Kudus? Saya tidak tahu mengapa Tuhan Yesus sendiri yang menyuruh kita dan mengajari kita berdoa kepada Bapa, di dalam nama-Nya. Di Dalam Nama-Nya. Kita meminta kepada Bapa di dalam nama Yesus (Yoh. 16:23-24; Kol. 3:17). Kata dalam nama Tuhan Yesus mempunyai arti di dalam otoritas Tuhan Yesus, sebab Ia telah menerima segala otoritas dari Bapa baik di durga maupun di bumi. Dan juga berarti melalui perantara Tuhan Yesus, sebab Tuhan Yesus yang menghubungkan kita kepada Bapa. Tuhan Yesus sebagai pengantara kita kepada Bapa, ketika Tuhan Yesus mengatakan "Akulah jalan" kepada Bapa (Yoh. 14:6). Oleh karena itu kita meminta kepada Bapa melalui Tuhan Yesus sebagai pengantara kita kepada Bapa. Bagaimana dengan Roh Kudus? Tuhan Yesus mengatakan bahwa Roh Kudus adalah Roh Kebenaran yang akan mengajar kita. Roh Kudus berkarya bagi kita sekarang ini, Alkitab adalah karya Roh Kudus. Tuhan Yesus tidak diajarkan untuk berdoa kepada Roh Kudus atau melalui Roh Kudus, tidak ada jugaketerangan dari para rasul. Rasul Paulus mengatakan bahwa Roh Kudus adalah Roh yang menguatkan kita, membantu kita dalam berdoa kepada Bapa dengan benar (Rm. 8:26).
Kedua, kita menempatkan hak Bapa sebagai Allah (dikuduskanlah nama-Mu). Manusia terkadang hanya memikirkan dirinya sendiri. Ketika kita berdoa, bukankah itu karena kita menggunakan hak kita sebagai anak. Tetapi kita sering lupa untuk menempatkan hak Bapa juga sebagai Allah, yang Mulia, Kudus dan Suci. Kita harus membuat nama Bapa itu Kudus, memuliakan-Nya, bukan hanya mementingkan diri sendiri dengan mengatakan segala yang kita minta. Muliakan terlebih dahulu Bapa dan Kuduskan nama-Nya dalam hati kita, baru setelah itu kita meminta.
Ketiga, kita mengharapkan Kuasa Ilahi (datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga). Apa yang suka diminta oleh kebanyakan orang? Kebanyakan adalah hal-hal jasmani. Mengapa tidak terlebih dahulu mengharapkan sesuatu yang rohani yang lebih kita butuhkan? Pada waktu itu Kerajaan belum datang, itu adalah kebutuhan rohani yang utama pada waktu itu, supaya Kerajaan itu lekas datang. Janganlah mementingkan hal-hal yang jasmani tanpa terlebih dahulu mementingkan hal yang rohani. Sekarang kita dapat meminta suasana Kerajaan Allah itu tercipta di bumi seperti di sorga, Kerajaan yang membawa damai bagi seluruh umat manusia. Selain itu kita juga menyerahkan sepenuhnya kehendak itu kepada Bapa, bukan apa yang terjadi atas keinginan kita melainkan kehendak Bapa yang terjadi. Jadi, dengan demikian kita menempatkan kehendak Bapa di atas keinginan kita dan menempatkan yang rohani di atas yang jasmani.
Keempat, kita meminta kebutuhan jasmani (berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya). Meskipun Allah memberikan matahari dan hujan untuk semua orang sehingga siapa yang bekerja pasti akan mendapatkan hasil, tetapi tetap penting bagi kita untuk meminta berkat dari Allah. Sebab semua berkat itu datangnya dari Allah. Maka hindarilah kesombongan atas kemampuan kita dalam mencari berkat atas usaha sendiri. Allah pun tahu bahwa sebagai manusia kita butuh mankanan, jika kita meminta Allah akan memberikan, asalkan kita bekerja. Tetapi kekuatiran perlu dibuang jauh, untuk itulah kita berdoa, dengan demikian kita tidak kuatir akan makanan yang hendak kita makan. Kata secukupnya itu penting. Minta sesuai dengan kebutuhan kita. Jangan tamak seolah-olah kita mampu menampung banyaknya berkat, sehingga kita tamak dalam meminta. Bila kita diberikan berkat yang lebih, dapatkah kita berbagi? Kebanyakan manusia menyimpan berkat yang lebih. Janganlah kuatir, mintalah secukupnya, terkadang Allah memberi lebih karena Ia ingin kita berbagi karena banyak orang yang berkekurangan di dekat kita, tetapi siapa yang tamak akan dihukum.
Kelima, kita meminta pengampunan dosa (dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami). Sulit bagi kita untuk hidup sempurna tiap hari, kita memang bisa tahu apakah hari ini kita bebas dari kesalahan, tetapi pengetahuan kita itu terbatas. Maka dengan rendah hati kita selalu meminta ampun atas kesalahan kita. Bagaimana Allah akan mengampuni kita jika kita tidak mau mengampuni orang yang bersalah kepada kita? Allah katakan bahwa itu tidak bisa. Bahkan jika kita ingin lebih sempurna lagi kita bisa ikuti teladan Tuhan Yesus, ketika ia mengampuni orang yang bersalah kepada-Nya, Ia berkata : "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34). Allah pasti bangga kepada anak-anak-Nya yang rendah hati dan bersikap seperti Tuhan Yesus.
Keenam, kita meminta pimpinan Tuhan dalam hidup (janganlah membawa kami ke dalam pencobaan tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat). Kita memang tahu bahwa Allah tidak akan membiarkan kita jatuh ke dalam pencobaan Iblis (1 Kor. 10:13). Tetapi bagaimana jika kita sombong tidak meminta pertolongan Allah, mampukah kita melawan pencobaan? Bagaimana jika kita berada di posisi Ayub? Allah mengizinkan Iblis mencobai Ayub, bagaimana jika Allah juga mengizinkan Iblis mencobai kita, apakah kita sanggup? Bila cobaan itu datang, mintalah kekuatan Allah untuk melepaskan kita dari cobaan itu, sebab kekuatan kita tak akan mampu mengatasinya.
Ketujuh, kita menyatakan otoritas Allah (karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya). Adakah orang yang berdoa kepada sesuatu yang tidak mempunyai otoritas? Jika ada, ia adalah orang yang bodoh. Jika ingin meminta pertolongan yang menyangkut masalah hukum kita datang kepada pengacara. Jika sakit kita datang kepada dokter. Adakah orang sakit datang kepada pohon? Jika ya, itu orang bodoh. Tetapi kuasa Allah jauh di atas pengacara maupun dokter. Itulah sebabnya kita meminta kepada Allah, yang punya otoritas atas segala apapun yang ada di bumi maupun di surga. Nyatakanlah otoritas Allah! Sekarang di dalam otoritas siapakah kita berdoa? Setelah Tuhan Yesus bangkit, Ia menerima segala kuasa baik yang di bumi maupun yang di sorga (Mat. 28:18; Ef 1:20-22). Kita meminta kepada Bapa di dalam nama Yesus (Yoh. 16:23-24; Kol. 3:17). Kata dalam nama Tuhan Yesus mempunyai arti di dalam otoritas Tuhan Yesus, sebab Ia telah menerima segala otoritas dari Bapa baik di durga maupun di bumi. Dan juga berarti melalui perantara Tuhan Yesus, sebab Tuhan Yesus yang menghubungkan kita kepada Bapa.
Kedelapan, kita beriman bahwa apa yang kita doakan akan terjadi (amin). Bahkan Tuhan Yesus katakan : " Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." Mengapa kita harus yakin, sebab kita harus memintanya di dalam iman. Bagaimana dapat meminta dalam iman jika bukan orang beriman (yang hidup benar)? Amin. Jadilah sesuai dengan kehendak Allah, bukan kita. Penyerahan terakhir berikanlah kepada Allah yang akan menyempurnakan doa kita. Bila sesuai dengan kehendak-Nya maka niscaya apa yang kita minta akan diberikan. 1 Yohanes 3;22 mengatakan : "Dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya."

 
Jika kita berdoa, dikatakan bahwa kita sedang berkomunikasi kepada Allah? Doa bukanlah komunikasi jika satu arah. Kalau begitu bagaimana Allah menjawab doa kita? Banyak cara yang Allah lakukan. Pertama, lewat para nabi, ini terjadi di Perjanjian Lama. Kedua, lewat firman-Nya. Alkitab adalah perkataan/suara Allah. Jika kita tidak suka membaca Alkitab, bagaimana kita tahu Allah menjawab doa kita? Maka berdoa dan membaca firman adalah langkah yang baik untuk mendekatkan diri dengan Allah. Kita menjalin komunikasi dua arah, kita berbicara melalui doa, Allah berbicara melalui firman-Nya. Kita tahu apa yang Allah kehendaki untuk kita lakukan dan setelah melakukannya kita menanti campur tangan Allah untuk bekerja di dalam hidup kita. Ketiga, lewat suatu peristiwa atau kejadian atau perantara (Allah mendorong orang lain untuk menolong kita). Ini merupakan campur tangan Allah atau jawaban Allah atas doa kita. Allah bisa menjawab, menunda atau menolak doa kita.
Jadi, saudara-saudara, apakah itu doa? Doa adalah kesempatan istimewa yang diberikan Allah kepada kita untuk berkomunikasi dengan Allah yang di dalamnya kita berkesempatan untuk memuliakan Allah, meminta pertolongan, dan menyatakan otoritas Allah yang kita lakukan dengan kesungguhan dan dalam iman kita kepad Allah. Dari pola doa yang sudah kita pelajari, kita tahu bahwa doa itu bukanlah kata-kata hafalan, melainkan sesuatu yang kita minta kepada Bapa (Yoh. 16:23). Bukan kata-kata mantra, melainkan permohonan dan ucapan syukur (Filipi 4:6; 1 Tes. 5:17-18; Kol 1:3). Bukan pula kata-kata yang hampa, melainkan kata-kata yang penuh kuasa (Yakobus 5:16). Dengan mengetahui apa itu doa semoga kita bisa berdoa dengan baik dan benar sesuai dengan apa yang diajarkan kepada kita. Amin!

1 komentar: