Jumat, 18 November 2011

Disiplin dalam Gereja (Bagian 3) - Disiplin Instruktif dan Korektif

Disiplin dalam Gereja (Bagian 3)

Disiplin Instruktif dan Korektif

(Oleh : Petra Nainggolan)


 

  1. Disiplin Instruktif

    Disiplin instruktif adalah disiplin yang bersifat perintah. Disiplin ini bertujuan untuk memproteksi dan memelihara. Dalam Kis. 20:28, para Penatua diperintahkan Allah untuk menggembalakan jemaat, bagaimana caranya? Salah satunya mereka harus mendisiplin dengan pengajaran firman Tuhan yang akan memproteksi dan memelihara, dan dengan mendidik dalam menerapkan pengajaran firman Tuhan. Pengajaran firman Tuhan tentu bersumber dari Alkitab yang adalah ilham Allah (2 Tim 3:16). Perintah-perintah dibuat oleh yang mempunyai otoritas dan harus dijalankan oleh orang yang menerima perintah, yaitu Tuhan Yesus memberikan perintah kepada Rasul-rasul untuk meneruskan pengajaran-Nya (Mat. 28:20) dan Rasul-rasul meneruskan pengajaran dari Tuhan kepada jemaat-jemaat. Salah satu contoh yang dilakukan para rasul ialah dengan memberikan perintah kepada penatua-penatua untuk menggebalakan jemaat (Kis. 20:28), gunanya para penatua ialah untuk memelihara pengajaran sekaligus jemaat Allah itu sendiri.

    Berikut ini beberapa jemaat yang menerapkan disiplin instruktif. Jemaat yang ada di Roma telah menerima pengajaran yang telah diteruskan kepada mereka dengan segenap hati (Rm 6:17). Dengan demikian jemaat-jemaat Allah berdisiplin dalam setiap ajaran yang mereka terima sebab mereka melakukan itu dengan sepenuh hati berdasarkan apa yang benar dari kitab suci. Ada contoh lagi mengenai jemaat yang berdisiplin dalam pengajaran, yang lain yaitu jemaat di Yerusalem, mereka tekun dalam pengajaran rasul-rasul (Kis. 2:42-47). Yang ketiga yaitu jemaat di Antiokhia, ketika Barnabas datang kesana ia bersukacita karena melihat kasih karunia Allah, ia menasihati mereka untuk tetap setia kepada Tuhan. Disanalah murid-murid pertama kalinya disebut sebagai orang Kristen (Kis. 11:26). Yang keempat adalah jemaat di Berea, pada waktu mereka masih menjadi orang Yahudi pun mereka giat mempelajari firman Tuhan, menyelidikinya apakah benar atau tidak, sehingga mereka menjadi orang percaya, dan tentu setelah menjadi jemaat mereka tetap tekun dalam pengajaran (Kis. 17:11-12). Yang kelima adalah jemaat di Filadelfia, jemaat yang dipuji oleh Tuhan, begitu kuat dalam menuruti firman Tuhan bahkan oleh karena disiplin mereka dalam menuruti pengajaran firman Tuhan begitu kuat, sehingga tiada kritik sama sekali untuk jemaat ini (Wahyu 3:7-11) dibandingkan dengan jemaat di Pergamus dan Tiatira yang menyelewengkan kebenaran dengan membiarkan pengajar sesat menyesatkan mereka. (Why. 2:12-29). Dan masih banyak lagi jemaat yang lainnya.

    Tidak hanya disiplin untuk jemaat, Paulus juga memberikan disiplin untuk beberapa orang Kristen, salah satunya adalah Timotius. Disiplin instruktif yang diberikan Paulus kepada Timotius tertulis dalam surat rasul Paulus untuk Timotius. Salah satu instruksinya yang paling dikenal adalah ketika Paulus memerintahkan agar Timotius menjadi teladan bagi semua orang.

    "Beritakanlah dan ajarkanlah semuanya itu. Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar. Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua. Perhatikanlah semuanya itu, hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang. Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau. (1 Tim. 4:11-16).


     

    Timotius harus mendisiplinkan dirinya terhadap apa yang diajarkan Paulus, dan itu terbukti dalam kitab 2 Timotius 3:10, yaitu dalam surat Paulus yang kedua kali untuk Timotius, Paulus katakan : "Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku." Instruksi yang bisa dibilang keras adalah ketika Paulus menginstruksikan mengenai para penatua yang harus dipilih berdasarkan kriteria yang dikehendaki Tuhan (1 Tim. 3:1-7), dan mengenai perempuan harus berdiam diri dalam jemaat (1 Tim. 2:8-15).


     

    Siapakah yang bertanggung jawab untuk memberikan pengajaran tersebut. Efesus 4:11-12 mengatakan bahwa para rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil, maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar harus memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan dan pembangunan tubuh Kristus. Tetapi para penatua mempunyai perintah itu secara spesifik. Alkitab mengatakan bahwa para penatua harus menjaga seluruh kawanan domba Allah (Kis. 20:28; 1 Ptr 5:2). Jemaat bisa terhilang di dalam dunia ini, bisa lemah dan runtuh dan disesatkan. Mereka butuh diarahkan supaya tidak tersesat, butuh dikuatkan supaya tetap teguh. Oleh sebab itu pengajaran akan memproteksi mereka agar tidak keluar dari jalur, bahkan semakin kuat dan sempurna dalam pertumbuhan. Para penatua harus dapat menggembalakan kawanan. Layaknya seperti seorang gembala yang harus siap dalam memberikan perhatiannya kepada dombanya. Ia harus dapat memberikan makanan dan minum yang baik untuk dombanya, merawat dombanya bila sakit dan menjaganya dari binatang buas. Sebuah gambaran untuk pekerjaan para penatua sebagai gembala. Seorang gembala harus dengan kasih ketika menggembalakan dombanya, bukan karena paksaan, atau karena upah dari majikan, tetapi karena kasihnya sehingga ia ingin agar dombanya terpelihara dengan baik. Sebab domba yang ia pelihara adalah milik Allah, oleh karena itu tidak boleh mengecewakan Allah. Ia juga harus memimpin dengan baik (1 Tim 5:17), sebab dengan demikian mereka akan mendapatkan upah yang layak sesuai dengan jerih payah mereka, akan dihormati bahkan sampai dua kali lipat, tetapi motifnya bukan untuk mencari hormat atau upah, melainkan kasih kepada Allah dan umat-Nya. Berjaga-jaga atas jiwa-jiwa (Ibrani 13:17, 20) dan mereka akan mempertanggungjawabkannya kepada Kristus sebagai gembala Agung.

    Bagaimana sikap jemaat terhadap pengajaran/disiplin tersebut? Jemaat harus sungguh-sungguh menjunjung tinggi dalam kasih (1 Tes. 5:12-13). Mereka yang ditugaskan untuk memberikan pengajaran tersebut mungkin akan menegor perbuatan kita yang salah, kita tidak boleh melawan, sebab yang mereka lakukan adalah untuk mengembalikan kita ke jalan yang benar. Jemaat juga harus tunduk kepada mereka (Ibr. 13:17), artinya adalah menerapkan apa yang mereka ajarkan, dan tidak melampaui/keluar dari apa yang mereka ajarkan, taat kepada mereka. Jemaat patut menghormati mereka (1 Tim 5:17) Tuhan perintahkan kita harus menghormatinya, berarti tidak boleh tidak. Selain itu juga harus mencontoh iman mereka (Ibr 13:7). Mengapa harus mencontoh mereka? Kita belajar tidak selalu dari perkataan mereka, tapi juga dari apa yang mereka lakukan dan itu lebih kuat pengaruhnya, sebab kita tidak dapat menyangkal bahwa mereka hidup dalam iman jika mereka telah memperlihatkannya melalui hidup mereka. Jika Jemaat tunduk kepada penatua berarti tunduk kepada pengajaran Tuhan dan jika tunduk kepada pengajaran Tuhan maka itu berarti tunduk kepada Tuhan.

    Kewajiban kita sebagai orang Kristen adalah harus mengenal perintah-perintah Tuhan dan menjalankannya, sebab dengan memelihara perintah-Nya kita memelihara kehidupan rohani kita yang baik. Kehidupan rohani yang baik di dalam gereja di dukung dari kehidupan yang rohani yang baik dari setiap anggota gereja. Doktrin yang benar ditunjang oleh disiplin yang Alkitabiah dan sikap hidup yang berdisiplin tinggi dengan menerapkan pengajaran. Dengan demikian akan menjauhkan gereja dari berbagai perselisihan dan kehancuran, sebaliknya gereja akan semakin kuat terbangun dan berdiri bagi kebenaran. Salah satu kuncinya adalah disiplin dalam pengajaran.


     

  1. Disiplin Korektif

    Disiplin korektif adalah disiplin yang bersifat sanksi demi kebaikan orang yang didisiplin maupun orang lain yang hidup dalam disiplin. Disiplin ini tentu harus dilakukan berdasarkan otoritas Tuhan, yang Ia berikan kepada kita lewat firman-Nya. Jika kita melihat dalam 2 Timotius 3:16, firman Tuhan yang ditulis akan menyatakan kesalahan kita dan memperbaiki kelakuan kita, inilah yang terjadi dalam disiplin yang bersifat korektif, juga termasuk ketika harus menjauhi orang yang tidak mengindahkan disiplin (Mat. 18:15-20).

    Kita dapat mempelajari beberapa peristiwa yang di dalamnya terdapat disiplin korektif. Sesuai dengan Roma 15:4, maka kita dapat belajar dari apa yang tertulis di dalam perjanjian lama. Dalam kitab Yosua pasal 7, bangsa Israel gagal menaklukkan kota Ai, apa yang menyebabkan hal itu terjadi? Tuhan mengatakan bahwa itu akibat kesalahan mereka sebab dari antara orang Israel ada yang melanggar perjanjian bahwa mereka mengambil sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan itu (Yos. 6:18-19 ; 7:10-12). Bagaimanakah caranya Tuhan mengadili mereka? Tuhan menyuruh Yosua untuk mengumpulkan orang Israel tampil ke muka, maka Tuhan akan menunjukkan siapa yang bersalah. Ketika didapatkan bahwa Akhan yang bersalah maka Yosua dan bangsa Israel mendisiplinnya sebab Akhan telah melanggar perjanjian dengan Tuhan.

    Mengapa Bangsa Israel dihukum? Dalam kitab 1 Kor. 10:1-11, mereka melawan perintah Allah. Mereka menyembah berhala, melakukan percabulan, mencobai Tuhan, dan bersungut-sungut. Allah mendisiplin mereka untuk menjadi pelajaran bagi orang-orang yang hidup setelah mereka. Supaya tidak mengikuti jejak langkah orang Israel.

    Mengapa Ananias dan Safira dihukum (Kis. 5:1-11)? Mereka telah mendustai Allah, Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan, dengan menghukum Ananias dan Safira Allah membungkam jemaat dan juga orang-orang yang ada disekitar mereka, sehingga semuanya takut dan menghormati Allah, setelah itu semakin banyak orang yang menjadi percaya.

    Mengapa jemaat yang berzinah di Korintus harus dijauhkan (1 Kor. 5:1-5)? Sebab sedikit ragi dapat mengkhamiri seluruh adonan. Orang yang sebelumnya tidak melakukan dosa, terpengaruh untuk melakukan dosa oleh karena melihat saudaranya melakukan itu. Dengan tidak adanya tindakan disiplin dari jemaat membuat mereka merendahkan hukum dan tidak menghargai peraturan dalam jemaat.

    Jadi, mengapa harus ada disiplin korektif? Mengapa ini harus dipertanyakan sebab Tuhan sendiri yang memerintahkannya. Dapatkah kita mempertanyakan perintah Tuhan? Kita harus mengerti bahwa Tuhan menginginkan gereja-Nya itu suci (Ef. 5:25-27; 1 Kor. 3:16-17). Apa yang membuat disiplin korektif itu menjadi penting?

    1. Menyembunyikan dosa dalam jemaat akan membuat Tuhan marah. Contohnya: Paulus menegor dengan keras jemaat di Korintus sebab mereka membiarkan dosa di dalam jemaat. Sebab sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan (1 Kor. 5:6). Orang yang tidak berdosa akan terpengaruh untuk melakukan dosa yang sama. Bukan jemaat Korintus saja yang ditegor. Melainkan jemaat di Pergamus dan Tiatira. Jemaat di Pergamus membiarkan beberapa orang yang menganut ajaran Bileam juga orang yang berpegang pada ajaran Nikolaus. Sedangkan jemaat di Tiatira membiarkan wanita Izebel, yang mengaku sebagai nabiah, menyesatkan jemaat Tuhan. Tuhan memberikan kepadanya waktu untuk bertobat (disiplin instruktif), karena ia tidak mau bertobat dari dosanya, Tuhan menghukumnya (disiplin korektif). Tuhan ingin di dalam jemaat-Nya itu bersih tiada dosa dan kesesatan. Untuk menjaga kekedusan itu telah diberikan pengajaran yaitu disiplin instriktif, namun ketika tidak dapat mencapai tujuan maka tindakan korektif akan dilakukan
    2. Disiplin korektif mempunyai tujuan penting. Ketika dikatakan bahwa disiplin ini sifatnya memperbaiki bukan berarti jika memberikan hukuman itu berarti tidak memperbaiki. Kita harus melihat sudut pandang hukuman itu sebagai apa, kemana arah atau tujuan disiplin ini, yang jelas untuk memberikan keadaan yang baik bagi semua jemaat. Oleh karena itu, yang menjadi tujuan disiplin ini adalah:
      1. Menyelamatkan gereja (1 Kor. 5:5). Apa yang terjadi ketika di dalam jemaat Korintus ada dosa yang dibiarkan begitu saja? Semua jemaat ditegur karena bersalah. Mengapa satu orang yang berbuat dosa tetapi semua yang bersalah? Sebab mereka semua mengetahui dosa itu namun membiarkannya terjadi dalam jemaat. Oleh karena itu gereja tidak selamat, karena satu ragi mengkhamiri seluruh adonan.
      2. Menyelamatkan yang bersalah (1 Kor 5:2,5). Bagaimana seseorang yang bersalah dan dihukum akan selamat? Jalan satu-satunya ialah dengan bertobat. Hukuman akan mendatangkan dukacita akibat dosanya, dan dengan dukacitanya karena dosa akan membawa kepada pertobatan, namun bukan dukacita duniawi melainkan dukacita ilahi (2 Kor. 7:10). Tetapi sebaliknya, banyak orang menganggap kejam apabila mendisiplin saudara kita yang bersalah. Tidak! Justru jika dosa dibiarkan akan membuat seluruh jemaat berdosa. Yesus katakan jika seseorang terbukti melakukan dosa, sampai dihadapan jemaat pun ia tidak mengaku dosanya/bertobat, pandang ia sebagai orang yang tidak mengenal Allah. Orang yang tidak mengenal Allah sama seperti orang dunia.

        "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."


         

    Kalau begitu, kepada siapa sajakah disiplin korektif ini diterapkan?

    1. Orang yang ditegur karena dosa dalam jemaat namun tidak mau bertobat (Mat. 18:15-20; 1 Kor. 5:1-13; 1 Tim 1:18-20). Harus ada pertobatan sebagai jalan kembali kepada Allah, tidak boleh terus menerus berbuat dosa.
    2. Orang yang menyesatkan jemaat atau bidat (Tit. 3:10; Why. 12:12-29). Ada orang di Pergamus yang seperti Bileam, mengajarkan untuk berbuat zinah, ia menyesatkan dan ada juga yang berpegang pada ajaran Nikolaus, sedangkan di Tiatira ada wanita yang menyesatkan seperti wanita Izebel, mengajarkan untuk berbuat zinah.
    3. Orang-orang yang tidak mau melakukan pekerjaannya (2 Tes. 3:6). Sebenarnya mereka adalah orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak mau bekerja, melainkan pekerjaan mereka adalah melakukan hal-hal yang tidak berguna. Bagaimana dengan orang yang hidup di zaman sekarang ini, yang tidak bekerja namun hanya duduk seharian dan mabuk alkohol di warung atau bar, sedangkan istri dan anak mereka diabaikan? Mereka adalah salah satu orang yang tidak tertib hidupnya, dan orang yang harus dijauhi.
    4. Orang yang hanya menjalankan ibadah secara lahiriah (2 Tim. 3:1-9). Mereka adalah orang-orang yang sebenarnya tidak beragama, ibadah mereka hanyalah untuk menutupi siapa diri mereka. Agar kita tidak tertular seperti mereka, maka perlu untuk menjaui mereka.
    5. Orang yang menimbulkan perpecahan, karena bertentangan dengan pengajaran yang benar (Rm. 16:17). Sebab mereka tidak melayani Kristus, tetapi perut mereka. Orang-orang yang tidak tulus namun selalu punya motif untuk kepentingannya, mereka harus dijauhi.
    6. Orang yang tidak membawa ajaran Kristus (2 Yoh. 9-11). Mereka adalah orang yang membawakan ajaran yang bukan ajaran Kristus, tetapi ajaran sesat.

    Disiplin bagi orang yang berdosa dalam jemaat memang penting, tetapi bagaimana sikap jemaat dalam memberikan disiplin juga penting. Disiplin korektif selalu didahului oleh disiplin instruktif sebagai pengajaran dan harus dalam kasih memberikan kesempatan bagi mereka untuk bertobat, sebab itu yang dikehendaki Tuhan (Mat. 18:15-20).

    Bagaimana sikap jemaat dalam mendisiplin mereka yang berdosa? Jemaat harus berusaha membuat mereka berbalik dari kesesatan (Yak. 5:19-20). Mereka yang kuat imannya harus memimpin mereka ke jalan yang benar (Gal. 6:1). Jemaat harus menegur dan mengingatkan mereka (1 Tes. 5:14). Dan jalan terakhir apabila mereka tidak bertobat, jauhi mereka (Mat. 18:15-20; 2 Tes 3:6; 1 Kor 5:4-5, 13).

    Jadi, disiplin yang sifatnya menghukum bukanlah kehendak kita, melainkan Tuhan yang menegaskannya, kita tidak menghakimi, tetapi menyatakan apa yang tertulis dan apa yang diperintahkan Tuhan untuk kita lakukan, berdasarkan firman-Nya. Tuhan menghendaki kita dalam jemaat tidak boleh membiarkan dosa, melainkan mengingatkan dan menegur, mengajarkan apa yang benar, dan bila tidak mau bertobat dijauhkan dalam jemaat.


     

    Note : Tulisan ini saya kembangkan dari pertanyaan-pertanyan Sabda Hidup Jurnal Rohani, edisi April-Juni 2010 dan buku Gereja Perjanjian Baru.


     


     

2 komentar: